TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Sutanto Soehodho menjelaskan kemampuan PT Industri Kereta Api (Persero) atau PT Inka (Persero) dalam melakukan peremajaan (retrofit) hingga memproduksi rangkaian kereta (trainset). Hal ini merespons kerja sama PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI) dengan PT Inka untuk melakukan retrofit 19 trainset dan pengadaan 16 trainset KRL baru.
Sutanto mengatakan, kemampuan PT Inka kemungkinan belum 100 persen bisa untuk membuat trainset secara utuh. Produksi trainset utuh yang dimaksud mencakup bogie (konstruksi perangkat roda dengan sistem pemegasan, pengereman dan lainnya sebagai pendukung rangka dasar dari badan kereta), chasis (rangka dasar) kereta, body, sistem komunikasi, dan kelistrikan dalam gerbong, bahkan produksi roda bajanya.
Baca Juga:
“PT Inka masih membutuhkan dukungan teknologi berbagai negara maju,” ujar Sutanto saat dihubungi pada Kamis, 9 November 2023. “Terlebih yang ditujukan pada trainset dengan grade of automation (GoA)—trainset LRT Jabodebek—yang semakin canggih.”
Dengan begitu, trainset harus dipandang tidak sebatas pada gerbong keretanya saja. Tapi juga sistem komunikasi, kontrol, persinyalan dan lain sebagainya yang harus saling terpadu sebagai suatu sistem kereta yang utuh.
Selain itu, mengenai kemampuan memproduksi 16 trainset KRL yang ditargetkan rampung 2025-2026 oleh PT Inka, menurut Sutanto, adalah pekerjaan yang cukup berat. Sebab, dalam sistem manufaktur produksi kereta dibutuhkan tidak hanya teknologi yang memadai tetapi juga modal kerja (working capital) yang cukup besar.
“Yang seringkali membutuhkan waktu lama untuk memperolehnya melalui pinjaman bank misalnya,” ucap Sutanto.
Adapun langkah pengadaan trainset KRL dilakukan karena ada 29 trainset KRL yang akan memasuki usia pensiun. Di mana sebanyak 10 trainset akan pensiun tahun ini dan sisanya 19 trainset pada 2024. “Pengadaan sarana tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas layanan,” ujar Corporate Secretary PT KCI Anne Purba pada Senin, 6 November 2023.
Peremajaan 19 transet KRL dilakukan oleh PT Inka yang kerja samanya baru diteken akhir pekan lalu, Jumat, 3 November 2023 oleh kedua perusahaan di Madiun, Jawa Timur. Peremajaan itu dilakukan secara bertahap mulai tahun ini hingga ditargetkan selesai pada 2026.
Dalam peremajaan 19 trainset KRL itu, biaya untuk pemugaran KRL sekitar Rp 186,2 miliar. Rinciannya, untuk satu trainset KRL yang terdiri dari 12 gerbong kereta membutuhkan biaya Rp 9,8 miliar, atau lebih murah dibandingkan beli baru yang membutuhkan biaya Rp 19,8 miliar.
Sedangkan untuk membeli 16 trainset KRL, PT KCI dan PT Inka sudah menandatanganinya pada Kamis, 9 Maret 2023 lalu. Nilai pembelian 16 trainset itu hampir Rp 4 triliun, dan ditargetkan selesai antara 2025-2026.
Selain dua langkah itu, PT KCI juga sedang memproses impor 3 trainset baru. Namun, Anne tidak banyak menjelaskan soal impor 3 trainset baru itu. Termasuk ketika ditanya soal spesifikasi, teknologinya, negara asal impor, dia juga tidak menjawab konkret.
Anne berharap 3 kereta baru itu bisa beroperasi dan menjadi cadangan trainset KRL yang sedang dalam peremajaan dalam setahun atau dua tahun ke depan. “Masih on process. Begitu sudah selesai, kami informasikan,” tutur Anne. “Mudah-mudahan targetnya 2024-2025 sudah mengoperasikannya."
Semua proses itu melibatkan beberapa pihak, mulai dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian BUMN, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perindustrian. Pihak lainnya terlibat adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI, dan PT Inka.
Pilihan Editor: Impor 3 Trainset KRL Baru, Juru Bicara Menhub: Itu Keputusan Korporasi, Kemenhub Juga Hanya Memberi Rekomendasi soal Retrofit