TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) kembali mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk menekan emisi di Indonesia. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin mengatakan kementerian kini berfokus pada transisi ke kendaraan listrik karena dinilai kontribusi emisi dari kendaraan berbahan bakar minyak terhadap peningkatan polusi lebih signifikan.
Dia pun membandingkan jumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Menurut dia, jumlah PLTU tak lebih dari 100. Sedangkan jumlah kendaraan berbahan bakar fosil mencapai 150 juta, yang terdiri dari 130 juta knalpot motor dan 20 juta knalpot mobil. Ditambah emisi dari bus dan truk yang juga berbahan bakar minyak (BBM).
"Pembangkit listrik itu relatif jumlahnya lebih sedikit, cerobongnya enggak banyak. Tapi di Indonesia ada 150 juta knalpot. Makanya yang kami fokuskan kini elektrifikasi transportasi," ujar Rachmat dalam acara Dekarbonisasi Sektor Transportasi di Bandung, yang disiarkan melalui YouTube pada Selasa, 7 September 2023.
Kendati demikian, ia mengatakan pemerintah juga berupaya melakukan transisi energi untuk pembangkit and listrik dengan misi yang lebih rendah. Saat ini, kata dia, upaya itu telah dikerjakan lewat Kementerian ESDM dan PLN. Dia berujar pemerintah akan menerbitkan Rencana Usaha Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) yang lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi akan berfokus pada transisi ke kendaraan listrik. Seperti diketahui, pemerintah telah memberikan insentif untuk masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik ini.
Rachmat berujar, dalam transisi energi ini pihaknya ingin melakukan transformasi industri sekaligus menjaga lingkungan. Dia menilai, industri otomotif di Indonesia sangat penting lantaran Indonesia merupakan pasar terbesar mobil di Asia Tenggara.
Selanjutnya: Rachmat mencatat, Indonesia memiliki penjualan mobil....