Kalangan pedagang termasuk Nur, sebenarnya juta sudah mencoba membuka lapak (membuat akun) dan berjualan di sejumlah marketplace. Namun jika harus disertai aksi jualan secara live, ia mengaku kesulitan.
"Tidak ada waktunya (untuk live) karena di sini kan harus berjaga kalau ada pengunjung datang," kata dia.
Nur berharap pemerintah bisa mengatasi situasi ini. Misalnya pemerintah bisa mengatur dan memilah, kira kira produk apa saja yang bisa diperjualbelikan di e-commerce dan mana produk yang bisa diakses ke pedagang di pasar tradisional seperti itu.
"Kalau memungkinkan ada batasan produk (yang bisa dijual online dan offline), kalau semua bisa (dijual) secara online, ya pedagang pasar tradisional begini yang kena dampak, apalagi semua pedagang kan tidak bisa main (live) seperti itu," katanya.
Hal serupa dirasakan pegawai toko tas Pasar Beringharjo Yuliani. Dagangannya beberapa bulan terakhir juga mengalami penurunan omzet meski tak sampai seperti yang dialami para pedagang kain.
"Pembeli kan kadang juga membandingkan harga di (platform) online dan yang di pasar, kalau orang yang malas tawar menawar, mereka akan pilih beli yang di Tiktok biar lebih praktis," kata Yuliani.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan editor: TikTok Shop vs UMKM, Akankah Aturan Jokowi Dapat Melindungi Pedagang Lokal?