TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo mengisi kuliah kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) pada Senin, 18 September 2023. Kuliah kebangsaan tersebut mengambil tema “Hendak ke Mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman, dan Rancangan Para pemimpin Masa Depan”.
Diskusi digelar di Gedung Balai Serbaguna Purnomo Prawiro, Kampus Universitas Indonesia Depok. Selain diberi pertanyaan oleh para panelis, Ganjar juga diberi beberapa pertanyaan oleh mahasiswa tentang berbagai hal. Salah satunya adalah tentang ketakutan anak muda menghadapi fenomena sandwich generation.
Seorang mahasiswa dari jurusan Kriminologi bernama Stella menanyakan tentang fenomena sosial yang mungkin dirasakan oleh anak muda saat ini. Melihat bagaimana nanti di 2025-2030 akan terdapat angka generasi sandwich yang tinggi jika diukur dari dependensi rasio dan mungkin bisa bertambah hingga tahun 2045.
“Pertanyaan saya adalah apa gagasan yang Bapak punya apabila melihat kondisi anak muda hari ini yang ada dalam kondisi ekonomi gigs, banyak yang menjadi precariat, dan masih hidup dalam kondisi tempat tinggal sewa?” ucap Stella.
Menanggapi hal tersebut, Ganjar kemudian bertanya kembali apakah mahasiswi jurusan kriminologi tersebut termasuk orang yang takut menghadapi situasi ekonomi gigs dan generasi sandwich. “Kamu termasuk takut menghadapi situasi ini?” tanya Ganjar.
Stella pun menjawab dia termasuk orang yang takut untuk menghadapi kondisi tersebut. Ganjar pun kembali bertanya mengapa Stella takut dengan keadaan itu. Mahasiswa dari kampus berjuluk ‘We are the yellow jacket” tersebut pun mengatakan bahwa ketakutan itu muncul setelah dia melihat langsung sepupunya mengalami kondisi ekonomi gigs dan menjadi sandwich generation.
Ganjar kemudian kembali memastikan tentang ketakutan Stella itu. “Oke oke makasih, jadi kamu takut ya?” tanya Ganjar kembali.
Stella pun menjawab bahwa itu adalah salah satu bentuk kekhawatirannya. Mengenai hal tersebut, Ganjar mengatakan saat ini generasi milenial dihadapkan pada situasi yang tidak mudah karena adanya double burden. Di mana seseorang yang berusia 30-an harus memikirkan dirinya sendiri dan orangtuanya secara sekaligus.
“Generasi yang lebih muda itu ternyata dia berada dalam ketakutan masa depan. Tekanan mental tadi luar biasa. Pilihan hidup menakutkan karena dia mesti bersaing dengan teknologi, ada beberapa yang kemudian, maaf-maaf, harus mengakhiri hidup. Saya masukkan kesehatan mental tadi,” ucap Ganjar.
Ganjar juga bercerita bahwa dia pernah mengobrol dengan seorang penyintas yang saat ini sudah berhasil membuat sebuah platform yang diikuti oleh banyak orang. Oleh karena itu, dia mendorong komunikasi dengan generasi muda melalui proses ekonomi kreatif dan digitalisasi.
“Menghadapi situasi yang lebih kompleks seperti ini, kehadiran negara untuk bisa memberikan ruang-ruang mereka untuk menyampaikan gagasan, menyampaikan pikiran, termasuk konsultasi ini menurut saya sesuatu yang dibutuhkan ya,” kata Ganjar.
Selanjutnya: Ganjar Petugas Rakyat atau Petugas Partai?...