TEMPO.CO, Jakarta - Kritik terhadap rencana Prabowo Subianto yang menyampaikan gagasan membuat lumbung pangan di area rawa-rawa menjadi berita terkini yang banyak menarik perhatian pembaca. Pengamat dari Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono mengatakan gagasan Prabowo itu bukan hal yang baru dan selama ini sudah terbukti gagal dilakukan pemerintah.
Berita berikutnya adalah mengenai Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Moda (BKPMl) Bahlil Lahadalia bersama Kesekretariatan dan Kedeputian Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menghadiri ASEAN Investment Forum 2023. Kedatangannya di agenda tersebut bertujuan untuk membuka peluang investasi di IKN.
Kemudian, berita mengenai maskapai penerbangan Batik Air menawarkan harga tiket spesial untuk rute populer ke Asia Timur mulai dari Rp 1,7 juta hingga Rp 3 juta.
Lalu berita tentang Prabowo Subianto yang mengungkapkan rencana fokus kebijakannya jika terpilih menjadi presiden di Pilpres 2024. Salah satunya adalah mengenai ketahanan energi.
Berita kelima adalah pembelaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal gangguan LRT Jabodebek.
Berikut rangkuman lima berita tempo.co.
- Prabowo Bakal Bikin Lumbung Pangan di Rawa-rawa, Pengamat: Gagasan Lama dan Terbukti Gagal
Bakal calon presiden Prabowo Subianto menyatakan gagasannya mengenai pembangunan lumbung pangan di rawa-rawa jika terpilih sebagai presiden di Pilpres 2024. Pengamat dari Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono buka suara perihal ini.
"Kebijakan mencetak lahan pertanian di rawa-rawa dan menjadikannya sebagai lumbung pangan adalah gagasan lama dan terbukti gagal," kata Yusuf pada Tempo, Ahad malam, 3 September 2023.
Dia menjelaskan, kondisi rawa sebagian besar adalah lahan gambut yang tidak cocok untuk sawah dan padi. Memaksakan pencetakan lahan sawah baru di lahan gambut, lanjut Yusuf, justru berpeluang besar merusak ekosistem gambut.
Hal tersebut menurut dia bisa berakhir dengan bencana lingkungan yang masif, mulai dari kekeringan, kebakaran lahan gambut hingga hilangnya tempat tinggal aneka satwa endemik.
Selain itu, mencetak sawah baru mahal dan membutuhkan waktu panjang. Sebab, mencetak sawah tidak hanya soal lahan, tetapi juga menciptakan ekosistem sawah. Akan dibutuhkan investasi untuk waduk, jaringan irigasi, alat dan mesin pertanian hingga sarana pendukung pasca panen mulai dari penggilingan padi, lumbung beras hingga infrastruktur pedesaan. Belum lagi, kapasitas petani dan budaya pertaniannya juga harus dibentuk.
Berita lengkap bisa dibaca di sini.
Selanjutnya: Bahlil Tawarkan Investasi IKN di ASEAN Investment Forum ...