TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Anne Purba merespons pernyataan Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana soal harga impor trainset KRL baru yang cukup mahal. Bahkan, menurut Aditya, harga KRL impor bisa 10 kali lipat lebih mahal ketimbang kereta bekas.
Anne tidak menampik hal itu, tapi ada beberapa kelebihan dari impor KRL baru. “Pasti maintenance-nya (pemeriharaan) akan lebih irit,” ujar di Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat, pada Jumat, 18 Agustus 2023.
Selain itu, usia operasional keretanya juga akan lebih panjang. Belum lagi untuk kenyamanan karena KRL baru juga akan menghadirkan teknologi baru. Selain itu, kereta baru akan lebih efisien ketimbang kereta bekas.
“Efisien, jadi penggunaan listrik maksudnya. Teknologinya semakin tinggi, efisiensi dari kebutuhan listriknya juga semakin kecil,” tutur Anne.
Sebelumnya, Ketua Bidang Perkeretaapian MTI Aditya Dwi Laksana mengingatkan soal harga impor KRL baru yang bisa 10 kali lipat dari beli KRL bekas. Dia menjelaskan, memang membeli KRL baru itu lebih baik dari pada mengimpor yang bekas.
“Karena kualitasnya lebih bagus, masa manfaat lebih panjang, dan biaya pemeliharaannya lebih efisien daripada beli bekas,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat, 23 Juni 2023.
Namun, menurut Aditya, pasti akan berdampak pada biaya operasional KCI. “Biaya ini nanti dibebankan kepada siapa?” kata dia. Karena kereta yang menghubungkan Jabodetabek itu sifatnya public service obligation atau PSO, dan jika dibebankan kepada masyarakat, berarti tarifnya akan naik.
Sementara jika dibebankan ke pemerintah, berarti besar PSO-nya yang naik. Di sisi lain, pemerintah berwacana ingin mengurangi PSO dengan cara menyesuaikan tarif KRL atau dengan memberikan subsidi yang tepat sasaran.
Jika solusinya membeli tiga rangkaian KRL baru, Aditya berujar, membuka potensi penurunan jumlah penumpang. Karena tetap ada rangkaian KRL yang harus masuk ke balai yasa untuk peremajaan yang membutuhkan waktu sekitar setahun lebih.
“Berarti belum ada penggantinya wong KRL barunya datangnya juga enggak akan cepat. KRL impor bekas jauh lebih cepat daripada mendatangkan beli baru,” ucap Aditya.
Untuk membeli KRL baru, pemerintah membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun. Lamanya waktu tersebut sama dengan target penyelesaian PT Industri Kereta Api atau PT INKA menggarap KRL.
Pasalnya, KCI dan INKA telah menyepakati kontrak pengadaan rangkaian KRL sebanyak 16 trainset dengan nilai Rp 3,8 triliun yang rampung pada 2025 mendatang. “Jadi tetap akan ada case itu. Kalau beli baru ya tetap ada potensi juga,” tutur Aditya.
Pilihan Editor: Impor KRL Baru dari Jepang, KCI: Target Tahun Depan Sampai di Indonesia