TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar transportasi dari Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, menjelaskan soal pengembalian modal dari proyek light real transit atau LRT Jabodebek. Menurut dia, pengembalian modal investasi untuk moda kereta sebagai pelayanan publik tidak bisa hanya diukur dalam konteks finansial saja (corporate level).
“Tapi harus lebih luas dalam konteks nilai keekonomian,” ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 11 Juli 2023.
Sutanto mengatakan hal itu disebabkan investasi yang besar membutuhkan dukungan pemerintah dan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk perhitungan pengembalian modalnya. Bahkan bisa 40 tahun atau lebih.
Namun ada nilai keekonomian yang perlu diperhatikan bahwa dengan pelayanan kereta yang dapat menurunkan kemacetan akibat transportasi berbasis jalan. Sehingga ada penghematan dalam konteks nilai waktu, demikian juga efisiensi energi.
“Sehingga ada peluang pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar, penekanan polusi udara dan berbagai dampak positif lainnya,” tutur Sutanto.
Menurut dia, nilai yang bersifat tidak langsung itu perlu diperhitungkan sebagai bagian dari pengembalian modal. Sutanto berujar, investasi kereta dapat diperhitungkan sebagai sunk cost atau dana investasi yang pengembaliannya tidak langsung pada pelayanan kereta itu sendiri.
“Melainkan bia sektor lain, seperti energi, lingkungan, kesehatan, dan lainnya,” ucap dia.
Uji coba operasional terbatas LRT Jabodebek