TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai bus listrik di Bandung dan Surabaya berpotensi mangkrak. Adapun fasilitas tersebut telah diluncurkan sejak akhir tahun lalu, tetapi di Surabaya hanya beroperasi 14 hari karena tidak tersedia anggaran operasional.
"Lalu, hingga sekarang tidak jelas kapan akan beroperasi lagi. Bus listrik ini berpotensi mangkrak," tutur Wakil Ketua Bidang Penguatan dan Pengembangan Kewilayahan Djoko Setijowarno lewat keterangan tertulis, Senin, 26 Juni 2023.
Sementara itu, pemerintah berencana menambah armada bus di kota tersebut. Bus listrik bekas yang digunakan dalam Konferensi Tingkat Tinggi G-20 pada 15-16 November 2022 bakal dibagikan ke Surabaya dan Bandung. Sebanyak 17 unit untuk akan diberikan pada Trans Semanggi Suroboyo dan 8 unit untuk Trans Metro Pasundan.
Rata-rata hasil survei kepuasan penumpang berdasarkan enam aspek yang terdiri dari keselamatan, sistem pembayaran, keamanan dan kenyamanan, keterjangkauan, operasional, dan aksesibilitas. Di Bandung, hasilnya mencapai tergolong sangat puas, yakni 65,03 persen. Sedangkan Kota Surabaya juga tergolong sangat puas, yakni 62,61 persen.
Kendati demikian, Djoko menilai hal kondisi ini amat ironis. Pasalnya, pemerintah tidak memiliki anggaran untuk mengoperasikan 25 armada bus listrik di Surabaya dan Bandung. Sementara Kementerian Perindustrian selama dua tahun anggaran 2023 dan 2024 telah menggelontorkan insentif sebanyak Rp 12,3 triliun.
Insentif itu diberikan Rp 5,6 triliun untuk 800 ribu unit motor listrik, Rp 6,5 triliun untuk 143.449 unit mobil listrik, dan Rp 192 miliar untuk pembelian 552 unit bus listrik. Insentif sepeda motor listrik 2023 sebesar Rp 1,4 triliun untuk 200 ribu unit dan 2024 sebesar Rp 4,2 triliun untuk 600 ribu unit.
Selanjutnya: Kemudian, insentif mobil listrik pada 2023....