TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Perbankan dan Mantan Assistant Vice President PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Paul Sutaryono menanggapi adanya gangguan yang terjadi pada PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI. Bank syariah itu mengalami gangguan sejak Senin, 8 Mei 2023, kemudian pada hari Kamis, 11 Mei 2023, pihak bank itu memastikan bahwa layanannya kembali normal.
“Hal itu menjadi pelajaran berharga (lesson learned) bagi bank apa saja untuk terus meningkatkan upaya mitigasi risiko terutama risiko teknologi. Apalagi kini di era perbankan berbasis digital,” ujar dia saat dihubungi pada Jumat, 12 Mei 2023.
Menurut Paul, sejatinya terganggunya sistem, aplikasi, dan ATM itu merupakan risiko teknologi. Dia mengatakan jika hal itu disebabkan oleh perubahan sistem, bank wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada nasabahnya. Sehingga, potensi risiko yang dihadapi oleh nasabah dapat ditekan serendah mungkin.
Artinya, dia berujar, nasabah dapat melakukan transaksi di loket kantor cabang terdekat. Jika gangguan itu dari serangan virus, menurut Paul, bank harus segera dapat mengatasinya. “Sudah semestinya, bank memiliki backup system sehingga ketika sistem utama jatuh, backup system itu dapat menggantikannya segera,” ucap Paul
Kepada nasabah BSI, Paul mengingatkan agar tidak perlu takut kehilangan uangnya karena sudah semestinya semua transaksi ada rekamannya. Namun tentu saja nasabah pasti merugi berupa kesempatan yang hilang (opportunity loss).
“Mengapa? Karena transaksi tidak dapat dilakukan pada saat yang sudah direncanakan,” tutur dia.
Selanjutnya: Otoritas diminta seluruh bank untuk memprioritaskan upaya mitigasi risiko teknologi