TEMPO.CO, Jakarta - Tupperware menjadi salah satu merek penyimpan makanan dan minuman yang akrab di telinga masyarakat Indonesia, khususnya bagi kalangan ibu-ibu. Selama puluhan tahun berhasil menginvasi pasar Tanah Air, ternyata perusahaan asal Amerika tersebut terjerat isu pailit karena masalah finansial. Kemunculan produk plastik tersebut tidak bisa dilepaskan dari sang pendiri, yaitu Earl Silas Tupper.
Lantas, bagaimana kisah pendiri Tupperware berhasil membangun kerajaan bisnis pengemas makanan di dunia? Simak sekilas biodata Earl Silas Tupper berikut.
Profil Earl Silas Tupper
Dilansir dari laman tupperware.co.id, Earl Silas Tupper adalah pebisnis asal New Hampshire, Amerika Serikat yang lahir pada 28 Juli 1907. Dia menjadi pencetus produk kemasan makanan dan minuman yang dikenal dengan nama Tupperware. Sejak berusia 21 tahun, ia bekerja pada perusahaan untuk melakukan riset pemurnian ampas biji hitam polyethylene (bahan baku pembuat plastik) menjadi plastik kuat, aman, tidak berminyak, transparan, ringan, fleksibel, dan tidak berbau.
Pada 1938, Tupper memutuskan mendirikan perusahaan plastik miliknya sendiri, yaitu Earl S Tupper Company. Ia juga mematenkan produknya yang bernama Poly-T. Mulai 1946, ia membantu mengangkat perekonomian pasca Perang Dunia II dengan meluncurkan produk pertama. Masyarakat Amerika sangat antusias menyambut penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dari merek Tupperware.
Fakta Earl Silas Tupper
Disebut sebagai sosok yang kreatif dan inovatif, ternyata perjalanan Earl Silas Tupper untuk memasarkan produk Tupperware tidaklah selalu mulus. Dihimpun dari situs milik Public Broadcasting Service (pbs.org), berikut beberapa fakta menarik Earl Silas Tupper selama perjuangannya membangun perusahaan produsen penyimpan makanan.
1. Suka Berbisnis Sejak Remaja
Baca juga:
Earl Silas Tupper lahir dari keluarga petani miskin, tetapi ia bercita-cita menjadi jutawan dan penemu terkenal. Ibunya merupakan seorang tukang cuci di sebuah asrama, sedangkan sang ayah menjalankan lahan pertanian tanpa keberhasilan berarti dan suka mengotak-atik benda.
Tumbuh di kawasan pertanian di Massachusetts Tengah, Earl muda mulai berjualan dari pintu ke pintu. Ketika memasuki usia remaja, ia mengalami tekanan dari ayahnya. Akhirnya orang tuanya mulai membangun rumah kaca untuk budidaya geranium di Shirley. Ia membantu menawarkan bunga-bunga di daerah tersebut.
2. Ikut Kursus Periklanan
Tupper hampir tidak bisa menamatkan pendidikannya di bangku SMA pada 1925. Namun, akhirnya ia berhasil lulus dan langsung bekerja serabutan untuk membantu perekonomian keluarga. Kecintaannya dalam dunia bisnis, menjadi alasan terbesar bagi dirinya untuk mengambil kursus periklanan. Ia juga sempat berencana membangun taman bermain anak-anak di halaman rumah kaca mereka di Massachusetts.
3. Menganggap Dirinya ‘Titisan’ Leonardo da Vinci
Ketertarikannya pada dunia penemuan membuat dirinya berangan-angan menjadi sosok Leonardo da Vinci di era modern. Selain Tupperware, ia telah sukses menciptakan sisir berbentuk belati yang dijepitkan ke ikat pinggang, celana yang tidak rusak lipatannya, serta perahu bertenaga ikan.
4. Pernah Dipaksa Bangkrut
Sebelum tersandung persoalan finansial seperti sekarang, ternyata Tupper juga sempat terpaksa bangkrut pada 1936. Suami Marie Whitcomb itu pernah menghidupi keluarganya dengan membuka jasa perawatan pohon dan taman. Sayangnya, akibat krisis ekonomi, usahanya gulung tikar, tetapi ia masih beruntung karena bisa bekerja di sebuah pabrik plastik di Leominster, Massachusetts.
5. Etos Kerja Earl Silas Tupper
Fakta menarik Earl Silas Tupper berikutnya berkaitan dengan kegigihannya dalam berusaha. Pada usia 71 tahun, dia menulis sebuah esai otobiografi. Salah satu pernyataannya ialah “Saya siap untuk benar-benar pergi bekerja… Sehingga kami orang tua tidak terlihat terlalu malas dan bodoh di depan anak cucu.”
6. Perfeksionis
Orang yang pernah bekerja dengan Earl Silas Tupper mengakui bahwa sang penemu sangat berorientasi pada detail. Ia mengelola pabriknya dengan kontrol kualitas ketat dan minim toleransi terhadap kesalahan manusia. Apabila biasanya sudut pabrik di cat hitam untuk menyamarkan kotoran, ia justru memilih warna putih cerah supaya bisa melihat setitik debu yang menempel.
7. Tupperware di Tangan Brownie Wise
Keberhasilan Tupperware mengudara di pasar penyimpan makanan tidak bisa dipisahkan dari peran Brownie Wise. Kolaborasi antara si ahli pemasaran dengan sang penemu (Earl Silas Tupper) membuat merek tersebut semakin berjaya.
Demikian profil Earl Silas Tupper dan fakta menariknya. Meski terancam bangkrut, nama Tupperware masih ada di hati sejumlah masyarakat Indonesia. Apakah Anda memiliki momen mengesankan berkaitan dengan penyimpan makanan tersebut?
Pilihan editor: Tupperware Terancam Bangkrut, Ekonom Ungkap Model Bisnis yang Sulit Bertahan
NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA