Ia menyebut ada 46 subsektor prioritas yang termasuk di antaranya perhotelan, tekstil, otomotif, alas kaki, dan angkutan udara.
"Insentif itu kami berikan kepada bank yang menyalurkan kredit untuk 46 subsektor prioritas tersebut. (Perbankan) yang belum pulih kami berikan insentif lebih besar, yang sudah agak pulih insentifnya lebih sedikit. Baru saja kami tingkatkan insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit kepada UMKM dan KUR (kredit usaha rakyat)," katanya.
Langkah lain untuk mendorong UMKM yang dilakukan BI adalah dengan adanya kebijakan rasio pembiayaan inklusif makroprudensial.
"Jadi perbankan ini kami dorong untuk secara bertahap meningkatkan persentase 30 persen ke depan untuk alokasi kepada UMKM," katanya.
Namun ia menjelaskan definisi UMKM di sini adalah pembiayaan langsung dan mata rantai, kemudian pembiayaan berkaitan dengan lembaga keuangan maupun juga usaha. Demikian juga pembiayaan yang surat pembiayaan surat berharga ini diperluas untuk jenis pembiayaan dari perbankan untuk UMKM tidak hanya kredit tapi juga berbagai mata rantai maupun berbagai hal lain.
Dorongan lain yang dilakukan BI untuk dunia usaha atau UMKM, lanjut Perry, adalah dengan digitalisasi sistem pembayaran. Ia mencontohkan Kota Solo sebagai salah satu yang telah menerapkan digitalisasi sistem pembayaran yang menurutnya akan sangat mendorong UMKM.
"Karena sekarang pun beli mie tek-tek atau kemudian belanja tukang sayur pun sekarang semuanya juga banyak yang sudah menggunakan QRIS. Apalagi kalau pedagangnya muda gitu, adapun kalau yang tua memang masih harus perlu waktu untuk beralih dengan pembayaran menggunakan QRIS," tuturnya.
Pilihan Editor: Term Deposit Valas DHE Diluncurkan, BI: Dorong Eksportir Simpan DHE di Dalam Negeri
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini