4. Masuk Ancol seharusnya gratis
Tom Lembong juga menyinggung bahwa semestinya masyarakat yang masuk ke kawasan wisata Ancol tak perlu membayar tiket. Penarikan tiket masuk, kata dia, seharusnya hanya berlaku untuk wahana-wahana tertentu.
“Seharusnya untuk masyarakat (tiket masuk ke Ancol) itu gratis,” ujar Tom Lembong.
Thomas Lembong mengakui penarikan tiket masuk merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi perusahaan. Namun, ia melihat cara itu sudah lawas dan ketinggalan zamaan.
“Kita harus bisa menciptakan mesin-mesin penghasilan lain untuk menghasilkan keuntungan usaha atau likuiditas yang cashable,” ucapnya.
5. Ancol masih punya utang Rp 1,4 triliun
Hingga saat Tom menjabat, Ancol masih menanggung beban utang jumbo sebesar Rp 1,4 triliun. “Kegagalan manajerial ini mengakibatkan kita enggak bisa menopang utang dengan baik,” ucap Thomas Lembong.
Utang tersebut membengkak akibat dampak pandemi Covid-19 dan minimnya inovasi bisnis perusahaan dari periode sebelum pagebluk yang sebesar Rp 1 triliun. Adapun komponen utang Ancol ini 100 persen domestik dan keseluruhannya dalam bentuk rupiah.
"Seratus persen dari utangnya sih utang domestik ya, tidak ada utang luar negeri, dan 100 persen dari utangnya dalam bentuk rupiah, tidak ada utang valas setahu saya," kata Tom.
Selain komposisi utang yang membengkak, omzet perusahaan pun stagnan. Dalam kondisi normal atau tidak ada pagebluk saja, Thomas menceritakan, omzet Ancol per tahun hanya sekitar Rp 1,4 triliun dengan laba bersih Rp 100-200 miliar. Sementara itu, arus kas keuangan atau cashflow Rp 200-300 miliar per tahun.
TIM TEMPO
Baca juga: Utang Ancol Menumpuk sampai Rp 1,4 Triliun, Bagaimana Cara Bayarnya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.