TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum (Perum) Bulog buka suara soal kritik dari Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ihwal penugasan impor kedelai yang tak kunjung dilakukan sejak November tahun lalu.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik, Perum Bulog Mokhamad Suyamto tak menampik pihaknya menghadapi kendala dalam melakukan impor kedelai. Namun, Bulog sebetulnya sudah berencana mengimpor dari Afrika Selatan namun terkendala soal perizinan dan karantina. "Kami kesulitan di Afrika karena prosedur karantinanya," ujar Suyamto saat ditemui di Cilegon, Banten pada Ahad, 15 Januari 2023.
Baca: Beras Impor Datang Terlambat Kian Dekati Panen Raya, Harga Gabah Bisa Jeblok jadi Rp 3.500?
Tetapi, ia memastikan kedelai impor dari Afrika itu akan datang sekitar pertengahan Maret 2023. Di sisi lain, Bulog juga saat ini sedang menjajaki kerja sama impor dengan Kanada dan Amerika.
Suyamto menyebut harga kedelai impor tersebut sebesar Rp 12.000 per kilogram dan akan diberikan subsidi selisih harga sebesar Rp 1.000, sehingga perajin akan menerima harga sebesar Rp 11.000 per kilogram.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan keterlambatan impor kedelai oleh Bulog membuat harga kedelai di dalam negeri naik, sehingga menjadi keluhan para perajin. Terlebih komoditas kedelai di Tanah Air masih bergantung pada impor.
"Dari November sampai Desember enggak nongol-nongol. Saya protes keras. Katanya datang Januari, tapi ini sudah tanggal berapa, saya kira ini gak jadi barangkali," ucap Zulhas saat ditemui di Cilegon pada Ahad, 15 Januari 2023.
Akhirnya pemerintah mengimpor kedelai melalui perusahaan importir swasta, PT FKS Multi Agro, sebanyak 56.000 ton dengan harga Rp 12.000 per kiogram. Kedelai impor itu berasal dari New Orleans, Amerika Serikat dan telah tiba pada Ahad, 15 Januari.
Dari jumlah total 56.000 ton yang diimpor itu, sebanyak 30.000 ton akan didistribusikan ke wilayah Jabodetabek. Sedangkan sisanya ke Semarang dan Cilacap, Jawa Tengah.
Untuk mempercepat pendistribusian, pemerintah akan menggandeng Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Perum Bulog, dan PT RNI (Persero).
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Usul Beri Subsidi Importir Kedelai, Mendag: Sama Pengusaha Saya Percaya, Kalau Bulog Lama
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini