TEMPO.CO, Solo – Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menyebut pemerintah kota setempat telah mengalokasikan anggaran senilai Rp 1,6 miliar untuk program pengendalian inflasi.
Dana tersebut berasal dari pos anggaran Bagian Perekonomian dan SDA Sekretariat Daerah (Setda) Kota Solo dan program diwujudkan dalam kegiatan pasar murah.
"Tujuannya (pasar murah) untuk mencegah
inflasi," ucap Gibran kepada awak media di sela-sela Pembukaan Pasar Murah dan Gerakan Tanam Cabai di Kantor Kecamatan Jebres, Solo, Senin 7 November 2022.
Menurut Gibran, pasar murah bermanfaat untuk meringankan beban masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan. Terkait pelaksanaannya di Solo, berlangsung mulai Senin hingga Jumat, 11 November 2022.
Pantauan Tempo hari ini, warga Kota Solo mendapatkan kupon untuk membeli paket sembako di pasar murah dengan harga di bawah harga pasar. Sebanyak 15.367 paket yang disediakan tersebar di lima kecamatan.
Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kota Solo, Arif Handoko, menjelaskan kegiatan pasar murah tahap I dilaksanakan sebagai tindak lanjut atas kebijakan pemerintah dalam rangka penanganan dampak menggunakan tahun anggaran 2022.
Nantinya dialokasikan 2 persen dari Dana Transfer Umum (DTU) yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH).
Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan terkait inflasi, cabai rawit saat ini tetap masih menjadi penyumbang inflasi. Menurut Joko, demikian ia akrab disapa, masalah
cabai itu belum selesai.
Ia memperkirakan di bulan Desember harga akan cabai naik lagi. Hal itu dipicu permintaannya yang naik, sementara musim hujan dapat mempengaruhi kualitas panen cabai yang diprediksi berkurang.
Untuk mengatasi permasalahan terkait pasokan cabai di wilayah Solo, dia meminta warga menanam cabai. Dalam hal ini, pihaknya memberikan stimulan berupa tanaman cabai untuk warga.
"Harapannya pohon cabainya yang akan diberikan nanti sudah cukup tinggi. Jadi bukan yang anakan tapi yang sudah cukup tinggi. Insya Allah dalam satu bulan sudah mulai berbuah. Artinya tanaman itu berkembang dan kemudian di bulan Desember berbuah," katanya.
Joko berharap gerakan tanam cabai itu bukan untuk yang terakhir melainkan dapat diteruskan. Artinya, dengan membiasakan nanam di polybag di pekarangan masing-masing bisa diteruskan dengan menanam beraneka macam sayuran seperti terong dan lain-lain.
SEPTHIA RYANTHIE
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini