TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan menggelontorkan belanja modal senilai US$ 11 miliar untuk mempercepat program energi baru terbarukan atau EBT. Belanja investasi itu ditargetkan berjalan untuk lima tahun ke depan hingga 2026.
Director of Strategic Planning and Bussiness Development PT Pertamina Power Indonesia Fadil Rahman menjelaskan duit tersebut di antaranya akan dipakai untuk membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di lebih dari 400 titik di seluruh Indonesia. Pembangunannya diwacanakan rampung dalam 1,5 tahun.
“Sejauh ini, membelanjakan anggaran itu untuk menginstal pembangkit listri tenaga surya (PLTS) di 400 lokasi di seluruh Indonesia,” ujar Fadil dalam acara Indonesia Millenial and Gen-Z Summit yang digelar oleh IDN Media di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat, 30 September 2022.
Selain itu, anggaran tersebut akan dipakai untuk memperkuat pemanfaatan teknologi panas bumi dan mengembangkan electric vehicle (EV) serta baterai ekosistem. Perusahaan pun telah bekerja sama dengan beberapa mitra untuk merilis pilot project dukungan percepatan untuk motor listrik di Bali dua bulan lalu.
“Nah hal itu yang kita belanjakan, untuk membangun fasilitas dan infrastruktur untuk keterkaitannya dengan energi transisi,” tutur Fadil.
Sebelumnya, SVP Strategic Investment Pertamina Daniel Purba mengatakan Pertamina menargetkan peningkatan bauran EBT dari 1 persen pada 2021 menjadi 17 persen pada 2030. Perseroan juga menargetkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 30 persen pada 2030.
"Komitmen Pertamina sejalan dengan upaya untuk menggunakan sumber daya dari domestik untuk menyuplai energi di dalam negeri menuju pengembangan energi bersih dan dekarbonisasi," ujar Daniel.
Dalam waktu 5 tahun atau di periode 2022-2026, total belanja modal atau capital expenditure (capex) Pertamina di sektor EBT mencapai US$ 11 miliar. Porsi capex EBT Pertamina itu 14 persen dari total capex perusahaan pelat merah di periode yang sama.
Adapun capex terbesar Pertamina pada 2022-2026 masih berasal dari sektor hulu (upstream), yakni US$ 34 miliar (46 persen) hilir (downstream) sebesar US$ 28 miliar (37 persen). Adapun capex di sektor lainnya tercatat sebesar US$ 2 miliar.
Menurut Daniel, salah satu cara efektif yang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan perannya dalam pertumbuhan EBT dalam bauran energi adalah dengan membangun kolaborasi berbagai pihak secara global dengan target yang mengikat dan perencanaan transisi yang jelas. “Pertamina berkomitmen kuat untuk melaksanakan kesepakatan yg dihasilkan dari COP26 ini sejalan dengan transisi Energi yg tengah dijalankan oleh perusahaan,” katanya.
Baca juga: Sindiran Jokowi untuk Pejabat: Krisis Malah ke Luar Negeri, Dipamerin di Instagram
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.