Lebih jauh, Bahlil mengungkapkan alasan ia ditunjuk Presiden Jokowi sebagai menteri di kabinetnya meski adanya keterbatasan bahasa itu. Salah satunya adalah karena dia merupakan seseorang pengusaha yang memiliki ekonomi yang mapan walaupun hanya lulusan STIE Port Numbay.
"Ketika kita jadi pengusaha yang baik, ketika ekonomi kita mapan, dan pikiran kita bagus, jabatan itu dengan sendirinya terikuti," kata Bahlil.
Ia pun menegaskan, posisinya kini sebagai menteri juga tidak diperoleh dari hasil meminta-minta jabatan ke presiden maupun direkomendasikan oleh politikus lainnya. Sebab, dia bukanlah seseorang pengurus partai tertentu.
"Saya jadi menteri tidak pernah meminta ke siapa-siapa, saya bukan juga dari parpol, saya juga tidak pernah didukung tauke-tauke siapa pun, makanya saya sangat independen. Enggak ada urusan saya sama yang lain-lain," ucap dia.
Selain itu, kata Bahlil, ia ditunjuk sebagai menteri bukan karena latar belakangnya sebagai orang yang berasal dari wilayah Indonesia Timur. Oleh sebab itu pula, dia mengaku bisa leluasa menjalanlan tugas dan fungsinya sebagai menteri karena tidak terikat apapun.
Bahwa saat ini ia banyak menyumbangkan ide dan pikiran untuk mengembangkan Papua, hal tersebut merupakan tugas dan kewajiban sebagai pejabat negara. "Apalagi sebagai anak yang besar dan berproses di Papua dengan baik," tuturnya. "Jadi bukan juga perwakilan wilayah tertentu, enggak ada itu. Orang waktu saya jadi menteri protes, begini-begini apa urusannya saya bilang, saya representasi ketum HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), dari Aceh sampai Papua."
Baca: Harga BBM Bisa Turun, Menteri ESDM: Kalau Harga Minyak Membaik, Insya Allah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.