TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak atau OPEC memperkirakan permintaan akan minyak dunia bakal terus meningkat dan melampaui jumlah pasokan pada tahun 2023.
Laporan OPEC yang dikutip Bloomberg pada Rabu, 13 Juli 2022, di antaranya memprediksi keterbatasan pasokan minyak akan berlanjut pada tahun depan. Permintaan minyak mentah bakal tumbuh dan melebihi produksi hingga 1 juta barel per hari. Sementara permintaan global naik menjadi 2,7 juta barel per hari pada tahun 2023.
Kenaikan permintaan tersebut ditopang oleh pertumbuhan negara-negara berkembang. Sedangkan pasokan dari negara di luar OPEC akan bertambah hingga 1,7 juta barel per hari. “Permintaan bahan bakar dan diesel akan menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi,” tulis laporan itu.
Laporan OPEC untuk tahun depan tersebut seiring dengan penilaian beberapa pandangan di industri minyak. International Energy Agency (IEA) sebelumnya memprediksi jumlah pasokan minyak akan mengalami keterbatasan.
Untuk menjembatani kekurangan tersebut, OPEC harus menyediakan sekitar 30,1 juta barel per hari pada tahun 2023. Jumlah tersebut lebih tinggi 1,38 juta barel per hari dibandingkan dengan total produksi negara anggota OPEC pada Juni 2022.
Adapun, OPEC telah berusaha untuk memulihkan produksi yang sempat tersendat akibat pandemi virus corona, dengan pasokan terakhir dijadwalkan pada bulan depan. Meski demikian, jumlah produksi OPEC masih berada dibawah target akibat beberapa negara seperti Angola dan Nigeria yang menghadapi kesulitan seperti minimnya penanaman modal dan masalah operasional.
Sementara itu, total produksi Libya anjlok seiring dengan konflik politik di negara tersebut. Akibat anjloknya pasokan, jumlah cadangan bahan bakar di negara-negara industri menurun dengan cepat. Tercatat, jumlah cadangan anjlok 312 juta barel di bawah rerata 5 tahunan pada Mei lalu.
Harga minyak mentah berjangka Brent pada Kamis, 14 Juli 2022, untuk pengiriman September naik 8 sen atau hampir 0,1 persen menjadi US$ 99,57 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus naik 46 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 96,3 per barel.