TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan 61 bendungan rampung dibangun pada tahun 2024. Hal ini mendesak dilakukan untuk menambah pasokan air irigasi lahan pertanian di seluruh Indonesia.
Dengan adanya bendungan di Tanah Air, menurut Basuki, indeks pertanaman meningkat dan mendorong kenaikan hasil produksi beras nasional. Selama tiga tahun terakhir, Indonesia surplus beras sekitar 3 juta ton dan tidak impor beras lagi.
Basuki menyebutkan bendungan telah meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang sekarang ini rata-rata nasional BPS sebesar 147 persen dengan air irigasi dari 231 bendungan. "Dengan adanya tambahan 61 bendungan bisa kita naikkan IP menjadi 200 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi, Ahad, 19 Juni 2022.
Ia berharap tambahan 29 bendungan yang sudah rampung dan 32 bendungan yang masih dalam proyek pembangunan dapat meningkatkan indeks pertanaman menjadi 200 persen. Dengan begitu, produksi beras nasional bisa mencapai 40 juta ton pada tahun 2045 dan Indonesia bisa surplus beras hingga 10 juta ton.
Pada awal Maret lalu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meresmikan Bendungan Sindangheula yang berlokasi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Bendungan ini dibangun selama tahun 2015-2020 dengan biaya Rp 458,9 miliar.
Bendungan Sindangheula mempunyai kapasitas tampung 9,3 juta meter kubik dengan manfaat irigasi 1.289 hektare, air baku 800 liter per detik, dan potensi pembangkit listrik 0,4 MW.
Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja mengatakan produktivitas pertanian tanaman pangan ditingkatkan dengan 2 strategi utama. Dua strategi itu adalah meningkatkan konversi padi ke beras dan meningkatkan indeks pertanaman.
Endra menjelaskan indeks pertanaman akan digenjot dari 143 persen menjadi 200 persen dengan menyediakan tambahan pasokan air irigasi melalui pembangunan 61 bendungan dari 2015 hingga 2024.