TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengajak para petani masuk ke dalam koperasi karena dapat memperoleh nilai tambah yang besar serta produktivitas menjadi lebih baik.
"Jadi para petani ini jangan berusaha perorangan dan saling bersaing, tapi harus ada desain model untuk bisnis mereka. Hal ini dapat diwujudkan melalui koperasi,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Sabtu, 11 Juni 2022.
Dia mencontohkan produktivitas kopi Indonesia yang masih kurang berkembang dibandingkan negara lainnya. Padahal, 96 persen kopi di Indonesia diproduksi di kebun petani.
Apalagi, lanjutnya, kopi dari tanah air memiliki ragam varietas di berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua. Hal ini dinilai menjadikan kopi Indonesia paling lengkap di dunia.
"Kita hanya memiliki masalah di bagian produktivitas dan pengolahannya. Ada yang dijemur di pinggir jalan kena debu, ada juga yang dikirimnya dicampur dengan produk lain seperti terasi. Kita harus selesaikan hal ini," kata dia.
Teten meyakini kehadiran koperasi dapat menyelesaikan persoalan, semisal kurang berkembangnya produktivitas kopi.
"Koperasi juga harus tampil sebagai off taker. Jadi, mereka beli hasil panen petani secara tunai. Petani jadi enggak akan pusing produknya dijual kemana, petani hanya fokus pelihara pertaniannya saja," kata dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia (DPW SPI) Sumatera Utara, Zubaidah, sebelumnya menyampaikan bahwa para petani takkan bergantung kepada perusahaan besar jika berkoperasi.
"Ketika kita memiliki koperasi, harga TBS atau Tandan Buah Segar tidak akan lagi bergantung ke industri, terlebih ada rencana dari pemerintah untuk membuat pabrik minyak makan merah oleh koperasi. Ini saat yang tepat dan harus kita manfaatkan pengembangan minyak makan merah ini melalui koperasi," ujar Zubaidah.
Baca Juga: Kemenkop UKM Ungkap Sederet Keuntungan Petani Sawit Swadaya Bentuk Koperasi
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.