Mereka sepakat meningkatkan produksi pada Juli dan Agustus sebesar 648.000 barel per hari, atau 50 persen lebih dari yang direncanakan sebelumnya, meskipun kendala dalam kapasitas penyulingan global telah menjaga harga tetap tinggi.
Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, Jim Ritterbusch, menyatakan pasokan minyak mentah ke kilang-kilang AS telah berkurang sekitar 6 persen dari periode sama empat tahun lalu. "Penurunan ini terkait dengan kebutuhan akan penutup minyak mentah yang lebih sedikit sambil berkontribusi pada ketatnya pasar bensin dan solar," ujarnya.
Adapun target kenaikan produksi sebetulnya dipatok oleh semua anggota OPEC+. Tak sedikit dari negara-negara itu memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan produksi dan termasuk Rusia, yang menghadapi sanksi Barat setelah invasi ke Ukraina pada Februari.
"Dengan hanya segelintir peserta OPEC+ dengan kapasitas cadangan, kami memperkirakan peningkatan produksi OPEC+ menjadi sekitar 160.000 barel per hari pada Juli dan 170.000 barel per hari pada Agustus," kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan.
Per Senin kemarin, Citibank dan Barclays menaikkan perkiraan harga minyak dunia untuk 2022 dan 2023, dengan mengatakan mereka memperkirakan produksi dan ekspor Rusia turun sekitar 1 juta hingga 1,5 juta barel per hari pada akhir 2022. Sementara Eni Italia dan Repsol Spanyol mulai mengirimkan minyak dalam volume kecil ke Eropa segera bulan depan.
ANTARA
Baca: Luhut Pastikan Tarif Masuk Area Stupa Candi Borobudur Rp 750 Ribu Belum Final
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.