"Saya mendapat informasi calon partner Pertamina tinggal empat perusahaan dari delapan perusahaan, yaitu Shell, Statoil, ExxonMobil, dan CNPC," ujar anggota dewan dari Fraksi Partai Amanat Nasional Tjatur Sapto Edi, Selasa (10/2), di Jakarta.
Ia mengatakan informasi itu berasal dari sumber yang terdekat dengan pemerintah. "Pemilihannya atas kemauan satu pihak saja. Jadi, tidak ada gunanya Pertamina melakukan proses seleksi," katanya. Dari keempat kandidat tersebut, Shell berpeluang besar lolos proses seleksi.
"Karena Wapres Jusuf Kalla sudah memberi sinyal," ucap Tjatur. Padahal, menurut dia, dari empat kandidat itu yang layak jadi partner Pertamina adalah Statoil, perusahaan minyak terkemuka dari Norwegia. "Dia punya kemampuan dan pengalaman eksplorasi lapangan gas seperti di Natuna," ujar dia.
Tjatur menambahkan, ExxonMobil sudah tidak layak terpilih karena secara etika perusahaan asal AS itu tidak berhasil menggarap Blok Cepu dan menelantarkan Natuna.
Blok gas Natuna diperkirakan memiliki cadangan hingga 46 triliun kaki kubik. Lapangan tersebut sulit untuk dieksplorasi karena di laut dalam dan memiliki kandungan karbondioksida hingga 70 persen.
SORTA TOBING