Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bertanam Tembakau Kini Buntung, Petani Keluhkan Tata Niaga Tembakau

Reporter

image-gnews
Petani tembakau, Sholikhin tengah mempraktikkan bertanam tumpangsari dengan cabai. Foto: Dok. Pribadi Sholikhin.
Petani tembakau, Sholikhin tengah mempraktikkan bertanam tumpangsari dengan cabai. Foto: Dok. Pribadi Sholikhin.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sholikhin, petani tembakau, sudah lama melakukan tumpang sari di lahannya seluas 7.000 meter persegi di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Tak semua ditanam tembakau. Ia juga menanam tanaman hortikultura seperti cabai, caisim, dan kol meski sebagian besar tetap berupa tembakau di lahannya yang berada di ketinggian 1.200 di atas permukaan laut itu.

“Inginnya sih semua ditumpang sari, tapi tanaman yang bandel di ketinggian di atas seribu meter tanpa mengandalkan air saat musim kemarau ya cuma tembakau walaupun tetap buntung,” kata dia kepada Tempo saat mengikuti Sekolah Tani Mandiri di SMK Muhammadiyah Mertoyudan Magelang yang diadakan Muhammadiyah Tobacco Control Center Universitas Muhammadiyah Magelang, pada 28 Januari 2022.

Pada tanaman yang berada di atas ketinggian 1.000 dpl, masalah pengairan selalu jadi problem utama. Petani, sebenarnya pernah ditawari pemerintah daerah untuk dibuatkan embung yang akan menampung hujan, sebagai cadangan untuk tanaman di musim kemarau. Tapi syaratnya, mereka harus merelakan sedikit lahannya, patungan dengan petani lain untuk keperluan pembuatan embung itu. “Petani masih keberatan karena mereka punya lahan itu beli, sementara membuat embung itu kan sangat luas,” katanya.

Embung, yang biasanya sebesar lapangan bola, sebenarnya cukup efektif untuk menampung air hujan. Tapi bagi petani, kata Sholikhin, daripada untuk pembuatan embung, lahan digunakan untuk menanam agar kultur bertani tetap lestari kendati hasilnya buntung.

Menurut Sholikhin, bertanam tembakau menguntungkan itu hanya terjadi di masa lalu. Saat ini, harga tembakau basah dari petani hanya di kisaran Rp 3.500. Ia membuat perhitungan, dalam satu pohon tembakau, akan menghasilkan satu kilogram tembakau. Jika dalam lahan seluas seribu meter persegi, tembakau yang ditanam hanya sekitar 1.200 pohon, biasanya yang bisa dipanen sekitar satu ton saja.

Iwan, 27 tahun, tengah melipat daun tembakau saat panen di kawasan dataran tinggi Kiarapayung, Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, 27 Februari 2021. Petani tembakau sendiri mengecam kenaikan tarif cukai rokok 12,5 persen yang berimbas pada daya serap tembakau di pasar setelah pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau rata-rata tertimbang sebesar 12,5% pada 1 Februari 2021. TEMPO/Prima Mulia

 Ini artinya, dalam tiga setengah bulan masa tanam, petani hanya mendapatkan Rp 3,5 juta belum dikurangi ongkos produksi. “Biasanya ongkos produksinya  Rp 1,7 juta untuk lahan seribu meter,” ujar bendahara kelompok tani Windusari ini.

Agar tak selalu buntung, Sholikhin mengambil lahan sekitar seribu meter persegi untuk tanaman tumpang sari cabai. Cabai ia tanam di tempat yang lebih rendah agar urusan pengairan tidak terlalu merepotkan.  “Ditumpang bersama tembakau sebagai tanaman inti, tapi hasilnya tetap mengesankan cabai meski hasil panen berlimpah,:” katanya.

Ia menuturkan, dengan diversifikasi cabai, dari seribu meter persegi itu, Sholikhin bisa mendapatkan 7 kuintal cabai. “Dijual Rp 10 ribu per kilogram belum untung, baru dapat untung kalau Rp 15 ribu per kilogram,” tuturnya. Hasil panen cabai ini, kata dia, mampu menjadi pelipur lara saat penjualan daun tembakau benar-benar buntung.

Dengan hasil tanam tembakau tak menggiurkan ini, wajar jika Istanto sudah lama meninggalkannya dan memilih menanam ubi jalar. Ia sudah mentok bertanam tembakau. “Buntung terus bertahun-tahun,” katanya. Ia terus mencari informasi ke berbagai tempat bagaimana membuat daun tembakaunya dulu menghasilnya rupiah. Tapi tak kunjung berhasil.

“Saya datangi pemerintah untuk tanya, mengapa tata niaga tembakau malah merugikan petani, tapi ya tak ada solusi,” katanya. Ia menuturkan, dalam penjualan daun tembakau, masa-masa gemilang sudah lewat. “Jauh lebih menguntungkan bertanam ubi, dalam seribu meter persegi, bisa panen 2-3 ton,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perkebunan kopi di Temanggung yang ditanam di lahan bekas pertanian tembakau. Foto: TEMPO | Istiqomatul Hayati,

Persoalan tata niaga tembakau juga dikeluhkan Muhamad Nur Ajib. Petani tembakau di Kelurahan Paponan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temamggung ini sudah lima tahun ini menanam tanaman hortikultura seperti bawang merah dan bawang putih yang menumpang lahan pertanian tembakaunya. Ia juga bertanam lombok dan palawija seperti kemiri.

Menurut Ajib, budaya bertanam tembakau di Temanggung udah dimulai pada abad ke-18 atau 1700-an. Dulu, kata dia, ada 18 kecamatan di Temanggung yang memiliki potensi luar biasa dari pertanian tembakau mereka. “Tapi kini tembakau sudah tidak dihargai lagi, mulai bertanam cabai pada 1997.”

Ajib menunjukkan kejayaan tembakau di masa dulu. Pada 1995, ketika harga emas per gramnya masih Rp 2.500, harga tembakau satu kilogram sudah Rp 15 ribu. “Sekarang emas satu gram Rp 900an ribu, harga tembakau kita yang bagus Rp 50-60 ribu per kilogram,” katanya dengan tertawa getir saat ditemui Tempo di tempat Wisata Alam Kopi Posong, Temanggung, akhir Januari lalu.

Ia mengaku tak habis pikir, pemerintah tak juga mampu mengatasi tata niaga tembakau. Akibatnya, tembakau hasil pertanian petani hanya dibeli oleh industri rokok lewat tangan yang berlapis-lapis dengan harga suka-suka. Keuntungan yang seharusnya mereka peroleh acap kali tergerus akibat sistem kartel dari para penentu harga.

Jika sudah begini, daripada hasil panen daun tembakau membusuk, petani memilih menjualnya meski harganya murah dan alami buntung. "Tolonglah pemerintah buat tata niaga tembakau yang bisa membantu petani biar tidak rugi terus," katanya.

Walhasil, ketika tembakau tak lagi menjadi panen emas bagi petani, mereka pun beralih ke berbagai pertanian pengganti seperti Kopi Posong yang kini sedang menjadi primadona di Temanggung atau cabai. “Dari 18 kecamatan potensi pertanian tembakau, kini tinggal 14 yang masih menanam tembakau. Dan di antara itu, ada enam desa yang benar-benar ogah bertanam tembakau dan kini beralih kopi,” ucapnya.

Baca juga: Pengamat Ekonomi: Indonesia Alami Darurat Konsumsi Rokok, Cukai Rokok Harus Naik

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Belajar Buat Narkoba Sintetis dan Diedarkan, Pria di Tangerang Ditangkap Polsek Ciputat Timur

3 hari lalu

Barang bukti berbagai jenis narkoba diperlihatkan saat rilis pengungkapan kasus narkotika di Mapolda Metro Jaya, Selasa, 12 Juli 2022. Selama tiga bulan kebelakang, Polda Metro Jaya menyita barang bukti berupa 86,27 kilogram sabu, 241 gram heroin, 135 butir eksrasi, empat kilogram ganja, dan 202 gram tembakau sintetis. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Belajar Buat Narkoba Sintetis dan Diedarkan, Pria di Tangerang Ditangkap Polsek Ciputat Timur

Pengungkapan kasus narkoba jenis sintetis ini berawal saat kecurigaan seorang warga akan adanya penyalahgunaan narkoba di wilayah Larangan, Tangerang.


Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

7 hari lalu

Warga menggiling biji kopi Robusta  petik merah di Desa Kali Banger, Gemawang, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis, 20 Juli 2023. Harga biji kopi Robusta basah saat ini melonjak menjadi Rp11.500 per kilogram dari harga tahun lalu yang hanya Rp7.000 per kilogram, yang menurut pedagang harga tersebut merupakan termahal sepanjang sejarah kopi di Indonesia. ANTARA/Anis Efizudin
Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

9 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

14 hari lalu

Pedagang di Pasar Palmerah mengeluh mahalnya harga cabai rawit merah dan cabai merah kriting yang menyentuh harga Rp 100 ribu-Rp 110 ribu. Tempo/Mutia Yuantisya
Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

Harga komoditas pangan seperti daging, telur, cabai, dan garam turun pada Senin, 15 April 2024.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

21 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

24 hari lalu

Ilustrasi PT Timah Tbk. Shutterstock
Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.


Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

29 hari lalu

Ilustrasi pria  minum kopi. fadquip.com
Inilah Alasan Disarankan Tidak Minum Kopi Sebelum Naik Pesawat

Minum kopi sebelum penerbangan tak hanya meningkatkan risiko kembung, tapi juga menyebabkan dehidrasi yang berujung pada rasa mual dan sakit kepala.


Terkini: Setelah 'Tuyul' dan Pertalite Dicampur Air Ada Apa Lagi di SPBU Pertamina?, KAI Operasikan KA Argo Bromo Anggrek New Generation

31 hari lalu

Ilustrasi SPBU Pertamina. ANTARA
Terkini: Setelah 'Tuyul' dan Pertalite Dicampur Air Ada Apa Lagi di SPBU Pertamina?, KAI Operasikan KA Argo Bromo Anggrek New Generation

Kecurangan di SPBU Pertamina kembali terungkap. Setelah switch dispenser untuk kurangi takaran yang disebut tuyul dan Pertalite dicampur air, kini....


Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

32 hari lalu

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat melakukan pemusnahan barang-barang impor yang tidak sesuai ketentuan di pergudangan kawasan Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Kamis 28 Maret 2024. ANTARA/Maria Cicilia Galuh
Zulhas Musnahkan 11 Jenis Barang Impor Ilegal Senilai Rp 9,3 Miliar, Apa Saja?

Zulhas memimpin pemusnahan barang impor ilegal yang didapat dari pengawasan post border. Adapun total nominal barang itu mencapai Rp 9,3 miliar.


Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

35 hari lalu

Kopi Kenangan Sajikan Blewah Mewah, Menu Segar untuk Berbuka Puasa

Menu andalan Blewah Tea dengan taburan Blewah Jelly yang terbuat dari ekstrak buah asli