TEMPO.CO, Jakarta - Tepat di hari ulang tahunnya ke-13, harga Bitcoin terpantau stagnan di kisaran US$ 46.000 atau di kisaran Rp 658 juta (asumsi kurs 14.305 per dolar AS) pada Senin, 3 Januari 2022. Nilai aset kripto itu cenderung turun sekitar 8 persen selama sepekan terakhir.
Tercatat per 3 Januari 2009, Satoshi Nakamoto menambang blok pertama, Genesis Block, menandai awal dari blockchain Bitcoin. Saat ini, indikator teknis menyarankan dukungan terdekat dapat mendorong aktivitas pembelian jangka pendek.
Tapi momentum jangka panjang telah melambat dan menunjukkan pengembalian kripto yang rendah atau negatif bulan ini.
Dikutip dari Coindesk, beberapa analis telah memantau data blockchain untuk petunjuk arah harga BTC di masa depan. Misalnya, arus pertukaran bersih telah meningkat baru-baru ini, menandakan pergeseran bearish dalam sentimen investor serupa dengan yang terlihat sebelum jatuhnya harga pada Mei 2021 lalu.
Adapun metrik lain menunjukkan prospek peningkatan yang dapat memicu sentimen pasar secara keseluruhan. Hashrate (key security metric) Bitcoin berada di level tertinggi baru pada Ahad malam lalu, 2 Januari 2022, setelah melewati level tertinggi sebelumnya dari pertengahan 2021.
Baca Juga:
Hashrate mengacu pada jumlah daya komputasi yang digunakan oleh penambang yang didedikasikan untuk pencetakan Bitcoin baru dan verifikasi transaksi baru di jaringan Bitcoin. Semakin tinggi hashrate, artinya semakin efisien mesin mining bekerja.
Berikut update harga aset kripto, emas dan imbal hasil UST, 3 Januari 2022:
- Bitcoin (BTC): US$ 45,941, turun 2,18 persen
- Ether (ETH): US$ 3,701, turun 2,76 persen
- S&P 500: US$ 4,796, naik 0,64 persen
- Emas: US$ 1,801, turun 1,46 persen
- Imbal hasil US Treasury 10 Tahun 1,63 persen