Tagihan tersebut tertera untuk transaksi handphone di Bukalapak, yang bahkan tak pernah dilakukannya. Doni yang kaget lantas menghubungi pihak customer service (CS) Kredivo tapi menemukan keanehan. “Setiap ngobrol langsung terputus, sampai lima kali saya coba,” kata dia.
Doni lalu menghubungi dengan nomor yang berbeda, barulah akhirnya tersambung. Doni juga mengeluhkan kejadian tersebut dengan menghubungi CS Bukalapak. Tapi karena tak kunjung ada kejelasan, Doni melapor ke Polres Metro Bekasi Kota pada 25 Oktober.
Di hari yang sama, Doni datang ke kantor Kredivo di Senayan dan kantor Bukalapak di Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tapi sampai sore di hari tersebut, Doni hanya bisa sekadar menyampaikan laporan penipuan saja kepada pihak-pihak yang didatanginya, tanpa ada pembatalan tagihan di Kredivo.
Korban berikutnya adalah warga Jakarta bernama Tri, 35 tahun. Tri masih aktif menggunakan Kredivo, tapi sudah tiga tahun lebih tidak bertransaksi di Bukakalapak. Tri pun menerima panggilan telepon via WhatsApp oleh nomor asing yang memintanya untuk memasukkan kode OTP di link yang dikirimkan untuk mendapatkan barang dari penukaran poin Kredivo.
Tri saat itu percaya kalau orang yang menghubunginya adalah tim dari Kredivo. Lantaran, si penelepon mengetahui nama, tanggal lahir, dan NIK miliknya. Bahkan, orang tersebut mengetahui kalau Tri baru saja meminjam uang di Kredivo untuk menyicil satu unit kulkas pada awal Oktober. “Makanya itu meyakinkan saya,” kata dia.
Tri pun mengikuti semua arahan di penelepon dan diarahkan ke link khusus yang dikirimkan. Di dalamnya, Tri diminta memilik sejumlah barang elektronik yang muncul, dan ia memilih saja gambar televisi. Dari situlah akhirnya Tri merasa ditipu, karena tiba-tiba langsung menerima tagihan di akun Kredivo miliknya sebesar Rp 13 juta atas transaksi di Bukalapak.