Namun demikian, meskipun The Fed telah mengadopsi nada inflasi yang lebih hawkish, Bank of England dan Bank Sentral Eropa tetap berpegang pada nada dovish mereka.
Di dalam negeri, pemerintah memproyeksikan inflasi 2021 akan mencapai 1,9 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020 (year on year/yoy), melihat dari perkembangan inflasi November 2021 yang tercatat 1,75 persen (yoy).
Dengan demikian, inflasi masih berpotensi menguat secara bertahap seiring dengan perkembangan positif mobilitas masyarakat saat ini akibat pelonggaran PPKM.
Walaupun ada pengetatan PPKM di seluruh wilayah Indonesia serta penghapusan libur natal dan tahun baru, Ibrahim melihat momen konsumsi masyarakat masih akan meningkat, sehingga dapat mendorong kenaikan inflasi. "Namun, potensi tekanan inflasi lebih tinggi akan bisa terkendali," tutur Ibrahim.
Sebagai informasi saja, naiknya inflasi November 2021 terutama disumbang oleh inflasi inti dan harga yang diadministrasikan atau administered price, seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi dan mobilitas masyarakat karena pandemi yang mulai terkendali, di tengah inflasi komponen makanan bergejolak atau volatile food yang sedikit melambat.
Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kata Ibrahim, terjadi inflasi sebesar 0,37 persen pada November 2021, sehingga inflasi Januari-November 2021 mencapai 1,30 persen. Adapun inflasi inti terus melanjutkan tren meningkat, mencapai kisaran 1,44 persen (yoy), naik dari angka Oktober 1,33 persen (yoy).
Baca Juga: Rupiah Melemah Tipis, Pasar Terpengaruh Inflasi November 0,37 Persen