TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika melemah tipis pada penutupan perdagangan Rabu, 1 Desember 2021. Mata uang garuda turun 12 poin dari sebelumnya Rp 14.332 menjadi Rp 14.348.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 14.330-14.380,” ujar Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Rabu.
Pergerakan nilai tukar rupiah dipegaruhi pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai indeks harga konsumen yang mengalami kenaikan atau inflasi 0,37 persen pada November 2021. Inflasi ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2021, baik secara bulanan dan tahunan.
Inflasi terjadi lantaran kenaikan harga di beberapa komoditas, seperti cabai merah, minyak goreng, dan daging ayam ras. Kemudian, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi adalah transportasi yang mencapai 0,06 persen.
Selain itu, pergerakan nilai tukar turut terkena sentimen data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur di Indonesia masih berada di fase ekspansif selama tiga bulan berturut-turut. Sektor manufaktur melanjutkan pemulihan seiring penurunan kasus Covid-19, terutama varian Delta. PMI Manufaktur Indonesia berada di level 53,9 pada November 2021, jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat di bulan Oktober 2021 yakni 57,2.
Kendati melemah, PMI Indonesia pada November masih memperpanjang tren level di atas 50 atau zona ekspansif selama tiga bulan terakhir. Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50.
Dari sisi eksternal, pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh pengumuman Ketua Federal Reserve Amerika Serikat Jerome Powell. Pelaku pasar mencerna tanda-tanda dari Powell bahwa bank sentral akan membahas penyelesaian pengurangan aset lebih cepat dari yang direncanakan.
Powell mengatakan The Fed akan membahas apakah negara akan mengakhiri pengurangan aset dalam beberapa bulan lebih awal dari dari yang sudah dijadwalkan. Pergerakan nilai tukar turut dipengaruhi munculnya varian virus Omicron.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebelumnya sudah memperingatkan agar negara-negara tidak memberlakukan larangan perjalanan menyeluruh. Sebab penelitian kemanjuran vaksin terhadap varian baru itu terus berlanjut.
Walaupun WHO mengkategorikan varian Omicrona sebagai Variant of Concern (VoC), bos Moderna, Stephane Bancel, mengatakan bahwa Omicron lebih kebal terhadap vaksin Covid-19 yang beredar saat ini.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
BACA: Kurs Rupiah Melemah ke 14.265 per Dolar AS, Apa Pemicunya?