Untuk program ini, ujar Suryo , kerjasama antara PTBA, Pertamina, dan Air Products and Chemicals Inc (Amerika Serikat), sudah mencapai tahap finalisasi.
Jika melihat perkembangannya saat ini, proses gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) ini direncanakan akan memasuki tahapan studi kelayakan detail pada kuartal III 2022 dan diproyeksi dapat mulai dijalankan pada 2024-2025. Bahan ini disiapkan sebagai pengganti LPG.
Selain itu, pembangunan PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2 X660 megawatt yang ditargetkan tuntas pada Maret 2022 dan diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2022. Kehadiran PLTU ini akan mengaliri listrik hingga ke Sumatera Utara.
Namun menurut Suryo, tahun depan, distribusi produksi akan lebih mengarah ke pasar ekspor dibanding kebutuhan domestik. Ini terjadi lantaran adanya peningkatan permintaan dan dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Dengan perkiraan kondisi pasar ini, ujar Suryo, pihaknya menargetkan volume produksi sampai 37 juta ton sampai akhir 2022. Agar hal itu dapat direalisasikan, sudah ada dua titik eksplorasi yang akan disiapkan yakni di Suban Jeriji dan Bangko Tengah.
Dari sisi infrastruktur, PTBA juga telah menyelesaikan penambahan train load station (TLS) untuk menampung produksi batu bara.
“Fasilitas ini akan tuntas pada akhir tahun ini,” ujar Suryo.
Selain itu, PTBA juga menunggu komitmen PT KAI untuk menambah kapasitas angkut kereta agar produksi yang telah ditambang dapat diangkut.
BACA: Gandeng PT KAI, PT Bukit Asam Bangun Proyek Angkutan Batu Bara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.