Ia melihat saat ini harga minyak mulai terpengaruh oleh pemotongan produksi OPEC sebesar 4,2 juta barel per hari, sejak dua pekan lalu. "Kalau kemarin minyak bisa naik di atas US$ 100 per barel lebih karena faktor spekulasi. Tapi sekarang lebih karena faktor fundamental," katanya.
Akibat pemotongan produksi OPEC ditambah dengan kondisi perekonomian dunia yang sedang krisis, menyebabkan permintaan minyak berkurang dan harganya turun di bawah level US$ 40 per barel. Kalau ada kegiatan spekulasi yang melepas minyak di pasar berjangka New York, kata Maizar, harga bisa tertekan lagi di level US$ 25. Pelemahan ekonomi bisa menyebabkan orang kekurangan likuiditas, sementara stok minyak melimpah.
Jika kondisi geopolitik Timur Tengah terus memburuk dan pemotongan produksi OPEC mulai efektif berjalan, ia memperkirakan harga minyak secara fundamental bisa di level US$ 75 per barel pada awal Februari 2009. "Orang takut kekacauan geopolitik di Timur Tengah merembet ke wilayah lain. Tapi itu kondisi psikologis yang biasa dan sifatnya sementara," tambah Maizar. Sorta Tobing