TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya impor komponen sepeda masih menjadi tantangan industri dalam negeri untuk tumbuh makin solid.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo memperkirakan impor komponen sepeda saat ini sebesar 70 persen. "Velg masih bisa [diproduksi] di sini, tetapi industrinya belum maksimal untuk beberapa tipe tertentu," katanya kepada Bisnis, Selasa, 21 September 2021.
Sebagian komponen yang bisa diproduksi di dalam negeri antara lain frame dan ban, sedangkan untuk komponen seperti velg, produsen dalam negeri masih mengimpor barang setengah jadi.
Sementara itu, pasokan rantai sepeda dalam negeri juga mengalami kekurangan selama ini. Adapun hub sepeda, meski sudah ada yang memproduksi di dalam negeri, tetapi harganya kurang kompetitif dari produk impor.
Eko mengatakan rendahnya produksi komponen dalam negeri menyebabkan pabrikan sempat kewalahan menghadapi lonjakan permintaan pada tahun lalu.
Dia juga menggarisbawahi, kekurangan komponen produksi dalam negeri terutama dirasakan sejak pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.68/2020 tentang ketentuan impor alas kaki, elektronik, dan sepeda roda dua dan roda tiga.
Di satu sisi, pembatasan impor sepeda jadi, memacu kinerja produksi industri sepeda dalam negeri untuk memenuhi permintaan. Selain itu, kebijakan tersebut juga melindungi pasar domestik dari serbuan produk impor yang secara model dan harga lebih kompetitif.
Namun demikian, tingginya permintaan tak dibarengi dengan tersedianya pasokan komponen sepeda, terutama dari dalam negeri. Sedangkan impor komponen juga sempat mengalami kemacetan karena faktor pembatasan pandemi. "Ini menjadi tantangan tersendiri untuk industri," ujarnya.
Baca juga: Efek PPKM Bikin Harga Sepeda Anjlok hingga 40 Persen