"Jadi, kalau dilihat kenapa PLN punya pinjaman bank hampir Rp 500 triliun, karena cashflow PLN tidak cukup untuk biayai investasi Rp 100 triliun setiap tahun. Padahal labanya hanya Rp 5 triliun," ujarnya.
Menurut Zulkifli, PMN Rp 5 triliun itu pun masih di bawah permintaannya, yaitu Rp 10 triliun. Padahal, ia berpendapat bahwa dengan kebutuhan investasi Rp 100 triliun per tahun, maka semestinya PMN mencapai Rp 30 triliun setiap tahun.
"Bapak Ibu pasti tanya monopoli kok tidak bisa handle. Monopoli kalau utangnya tak terlalu besar ya pasti bisa handle. Kalau investasi Rp 100 triliun, PNM hanya Rp 5 triliun ya repot. kalau Rp 100 triliun investasinya, mungkin PMN-nya Rp 30 triliun setiap tahun," tutur dia.
Di sisi lain, untuk memperbaiki arus kas PLN, Zulkifli mengatakan salah satu solusinya adalah dengan menaikkan tarif listrik. dengan demikian antara tarif dan biaya produksi menghasilkan margin yang sedikit besar. Namun, ia berujar kenaikan tarif itu tidak dimungkinkan dalam situasi saat ini.
"Jadi, saya ingin sharing, bahwa kita investasi Rp 75 triliun. Bapak Ibu beri PMN Rp 5 triliun, selisihnya kan Rp 70 triliun. Dengan segala hormat, kami harus selalu pinjam dari luar. Dari bank dan lain-lain. Jadi itu lah situasi PLN," ujar Zulkifli.
Baca: Luhut Jengkel Alkes Diimpor dari Pakistan padahal Bahan Bakunya dari Morowali