TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (persero) Tbk tengah dirundung masalah, seperti beban utang Rp 70 triliun dan soal sejumlah karyawan diminta pensiun lebih cepat. Situasi ini pun telah membuat sejumlah pihak akhirnya bersuara di publik, mulai dari Kementerian BUMN hingga komisaris.
Tempo merangkum sejumlah pernyataan dari beberapa pihak ini, dalam beberapa hari terakhir. Berikut di antaranya:
1. Arya Sinulingga
Staf Khusus Kementerian BUMN Bidang Komunikasi, Arya Sinulingga, mengungkapkan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Garuda Indonesia adalah dengan restrukturisasi utang. “Hanya itu jalannya,” ujar Arya saat dihubungi pada Kamis, 27 Mei 2021.
Arya mengatakan Garuda sedang melakukan renegosiasi dengan pihak lessor. Renegosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan baru. “Proses terus,” ujar Arya.
2. Yenny Wahid
Selain itu, upaya lain yang dilakukan perusahaan yaitu pengurangan jumlah armada pesawat hingga 50 persen. Bila saat ini Garuda memiliki 142 pesawat, ke depan perusahaan kemungkinan hanya mengoperasikan 70 unit.
“Kami tentunya memilih kalau bisa pesawat yang tidak dipakai untuk dikembalikan. Nah ini yang sedang alot dinegosiasikan dengan lessor-nya,” ujar Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Wahid saat dihubungi Tempo, Kamis, 27 Mei 2021.
Dua hari kemudian, Yenny menyinggung masalah warisan di Garuda sangat besar lewat akun Twitter resmi yang sudah centang biru @yennywahid pada Sabtu, 29 Mei 2021. Mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien.
Saat ini, kata dia, kasus terkait korupsi ini sedang berjalan dan sudah ditangani penegak hukum. Akan tetapi, Yenny menyebut efeknya dirasakan sampai sekarang karena menyangkut kontrak jangka panjang yang direnegosiasikan ulang.