5. Erick Thohir
Di hari yang sama, giliran Menteri BUMN Erick Thohir yang bersuara. Ia meminta jumlah komisaris Garuda dipangkas dengan alasan efisiensi. Lalu, Ia meminta Garuda melakukan terobosan dan perbaikan.
"Saya sudah pernah bilang, pemimpin yang zalim adalah pemimpin yang mendiamkan. Pemimpin yang buruk adalah pemimpin yang tidak melakukan apa-apa, berdiam diri. Pemimpin kedua terbaik yang melakukan keputusan kalau salah dikoreksi," ujar Erick dalam konferensi pers, Rabu, 2 Juni 2021.
Selain itu, Erick mengatakan Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink, harus berfokus pada pasar domestik dan bukan pasar internasional. Pasalnya, dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, masyarakat hanya memiliki dua pilihan dalam berpindah antar pulau, yaitu pesawat dan kapal.
"Sejak November-Januari sebelum covid, kami sudah bilang ke direksi Garuda fokus domestik. Kita bukan bisnis gaya-gayaan, mau terbang ke luar negeri gaya, tapi domestik," ujar Erick.
6. Evita Nursanty
Terakhir, ada Anggota Komisi VI dari Fraksi PDIP, Evita Nursanty, yang mengkritik manajemen Garuda Indonesia dalam rapat kerja Komisi VI bersama Kementerian BUMN di DPR, Jakarta, Kamis, 3 Juni 2021. Dalam beberapa tahun ini, Ia menilai tidak tampak ada terobosan di perusahaan.
Persoalan ini membuat maskapai terus mengalami masalah keuangan. Akibatnya, Garuda kalah dengan perusahaan penerbangan swasta.
“Sekarang terobosan apa yang sudah dibuat manajemen Garuda? Saya lihat enggak ada. Sekarang pangsa pasar dikuasai Lion Air Group. Jam terbang Garuda pun tidak convenient,” ujar Evita.
Baca Juga: Garuda Terancam Bangkrut, DPR Bakal Panggil Direksi dan Erick Thohir