3. Alvin Lie
Sementara itu, pengamat penerbangan, Alvin Lie, menilai keinginan Garuda Indonesia untuk mengembalikan sejumlah pesawat yang tak terpakai ke pihak lessor bisa berisiko memperburuk hubungan kedua entitas di masa depan. Alvin menyarankan Garuda melakukan pendekatan dengan lessor untuk merestrukturisasi utang-utangnya.
“Perlu ditempuh cara-cara pendekatan yang lebih baik, bukan langsung menarik kembali pesawat. Itu kurang tepat, hubungan antara lessor dan maskapai, kita harus pertimbangkan tidak untuk hari ini, tapi juga sejarah kerja samanya,” ujar Alvin saat dihubungi Tempo pada Jumat, 28 Mei 2021.
Alvin mengatakan, sebagai maskapai nasional, Garuda Indonesia harus membawa nama baik negara. Di samping itu, etika dalam berbisnis juga harus mengedepankan empati terhadap mitra.
4. Peter F. Gontha
Pada 2 Juli 2021, giliran Komisaris Garuda Peter F. Gontha yang blak-blakan soal kondisi perusahaan. Ia menyebut emiten berkode GIAA ini tambah lama tambah kritis.
“Mengingat keadaan keuangan Garuda yang tambah lama tambah kritis, kami sebagai anggota dewan komisaris sangat mengetahui penyebab-penyebab kejadian ini,” kata Peter dalam surat terbukanya kepada Dewan Komisaris Garuda Indonesia tertarikh Rabu, 2 Juli 2021.
Peter mengizinkan Tempo mengutip tulisannya. Bahkan, ia menyebut persoalan yang dialami Garuda bukan persoalan biasa. “Ini masalah yang sangat serius,” ujar Peter saat dihubungi melalui pesan pendek.
Menurut Peter, ada beberapa penyebab yang membuat maskapai pelat merah itu terus mengalami kesulitan likuiditas. Mulai dari tidak adanya penghematan biaya operasional, tidak ada informasi mengenai cara perusahaan melakukan negosiasi dengan lessor, hingga keputusan penyelamatan Garuda oleh Kementerian BUMN dilakukan tanpa koordinasi dewan komisaris.