Namun begitu, kata Yuddy, pembiayaan yang digelontorkan ke Sritex tetap memiliki risiko penurunan kolektibilitas. "Namanya pembiayaan yang diberikan, apapun metode pengamanannya, tetap saja ada risiko turun kolektibilitas."
Ia menjelaskan, hampir sebagian besar pembiayaan BJB ke grup Sritex berbasis cash collateral dan sebagian lainnya merupakan pembiayaan bilateral. "Jadi masih bisa dipenuhi antara lain dari sinking fund yang tersedia di Bank BJB," ujar Yuddy.
Secara keseluruhan, Yuddy yakin masalah keuangan Sritex akan selesai dalam waktu dekat. Pasalnya, perusahaan tersebut merupakan salah satu aset nasional dengan lebih dari 75.000 pekerja.
Banyak kreditur dan perbankan, kata dia, khususnya bank nasional termasuk BJB yang ingin menjaga kelangsungan Sritex di masa yang akan datang. "Kita harus menjaga rasa kebangsaan sebagai warga Indonesia dan Merah Putih dalam menjaga SRIL sehat kembali karena SRIL adalah aset negara dan bangsa," tuturnya.
BISNIS
Baca: Pandemi Covid-19, Laba Bersih Sritex 2020 Turun 2,6 Persen