Adapun, jumlah itu terdiri atas pokok Tranche A senilai US$ 195,8 juta. Sisanya, US$ 139 juta merupakan bunga termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar atau back interest.
Dileep menyebutkan, pembayaran berikutnya atas Tranche A akan jatuh tempo pada April 2021. Kupon PIK dari tanggal 11 April 2018 hingga 16 Oktober 2020 atas Tranche B dan C juga sudah mulai dikapitalisasi. Pada 2021, BUMI menargetkan volume produksi dan penjualan tahun ini di kisaran 85 juta-90 juta ton.
Angka tersebut lebih tinggi daripada perolehan 2020, yaitu volume penjualan batu bara unaudited mencapai 81,5 juta ton, sedangkan volume produksi unaudited sebesar 81,1 juta ton.
Selain menggenjot target operasional, BUMI juga akan fokus memperkaya bauran produk dengan meningkatkan produksi batu bara kalori tinggi dari tambang Arumin sembari mengurangi beban untuk memperkuat margin.
BUMI juga mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2021 sekitar US$ 60 juta hingga US$ 70 juta. Selain itu, Dileep menjelaskan progres proyek gasifikasi batu bara oleh anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) cukup baik dan diekspektasi commisioning pada 2023 atau 2024.
Proyek gasifikasi itu KPC nantinya akan bertindak sebagai pemasok batu bara sekitar 6 juta ton per tahun dari proyek kerja sama antara Bakrie Capital Indonesia, Air Products and Chemicals Inc, dan PT Ithaca Resources senilai US$ 2 miliar.
Pada penutupan perdagangan sesi 1 di lantai bursa hari ini, Rabu, 24 Maret 2021, saham BUMI di posisi Rp 68 per saham, terkoreksi 6,85 persen. Dalam perdagangan 1 bulan terakhir, saham Bumi Resources ini telah menguat 9,68 persen. Total kapitalisasi pasar BUMI sebesar Rp 5,05 triliun.
BISNIS
Baca: Strategi Ekspor Batu Bara Bumi Resources dan Adaro Energy