Stok beras belum mencapai 1,5 juta karena per Februari, Bulog hanya mampu menyerap beras 85 ribu ton. Padahal sesuai kebutuhannya, Bulog sudah harus menyerap 400-500 ribu ton.
Minimnya serapan beras terjadi karena kualitas gabah di level petani tidak maksimal. Lantaran curah hujan yang tinggi sejak awal tahun, kadar air dalam gabah petani terlalu banyak. Sementara itu, petani tidak memiliki fasilitas pengering.
Dalam kondisi ini, Bulog mengalami hambatan penyerapan karena perusahaan memiliki aturan tersendiri. “Secara aturan Bulog enggak bisa serap. Jadi enggak ada yang salah,” kata Lutfi.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso alias Buwas sebelumnya menyatakan perusahaan akan memprioritaskan serapan produksi dalam negeri untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) di angka 1 sampai 1,5 juta ton. “Pada prinsipnya kami utamakan dari dalam negeri untuk CBP. Jadi walaupun kami mendapat penugasan impor beras 1 juta ton, belum tentu kami laksanakan karena kami akan prioritaskan dalam negeri yang sedang panen raya Maret-April,” kata Buwas, 15 Maret.
Buwas mengungkapkan penugasan impor ini tak diputuskan lewat rapat koordinasi terbatas (rakortas) lintas kementerian. Ia menyebutkan isu terakhir yang dibahas dalam rakortas hanya mencakup soal kemungkinan cuaca dan prediksi pasokan pangan.
"Saat rakortas itu tidak ada diputuskan untuk impor. Hanya kebijakan dari Pak Menko (Perekonomian) dan Menteri Perdagangan yang pada akhirnya kita dikasih penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor," kata dia. Belakangan, Buwas mengemukakan perusahaannnya menerima perintah mendadak. Perintah impor beras datang dari Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR
Baca juga: Menteri Perdagangan: Saya Jamin Tidak Ada Impor Beras Ketika Panen Raya