TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyinggung rasio partisipasi UKM Indonesia di rantai pasok global atau global supply-chain. Saatnya, rasionya hanya berada di angka 4,1 persen.
"Masih relatif rendah," kata Teten dalam webinar outlook 2021 di Jakarta, Selasa, 29 Desember 2020.
Rasio inilah, kata dia, yang sedang digenjot engan melakukan korporatisasi pada UKM. Mulai dari memberikan bantuan permodalan, terutama yang terdampak pandemi Covid-19, perbaikan proses bisnis, hingga mempercepat digitalisasi UKM.
Untuk perbaikan proses bisnis misalnya, sejumlah kelas daring diadakan kementerian selama pandemi ini. Salah satunya seperti kelas EDUKUKM.ID yang sudah diakses oleh 102.672 orang.
Lalu ada juga SPARC Campus yang telah diakses oleh 10.013 pelaku UKM. SPARC Campus ini diselenggarakan oleh Smesco Indonesia, yang saat ini dipimpin oleh Leonard Theosabrata, pendiri merek butik The Goods Dept.
Dalam percepata digitalisasi UKM, Teten menyebut saat ini sudah 2 juta UKM yang sudah go online selama pandemi. Sehingga saat ini, sudah 10,25 juta lebih UKM yang terhubung dengan ekosistem digital. "Sekitar 16 persen dari total populasi UKM," kata dia.
Teten optimistis angka ini akan terus berkembang. Sebab pada 2025, Google dan Temasek sudah mengestimasikan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia mencapai Rp 1.826 triliun.
Selain itu pada 2019, Bank Indonesia juga sudah mencatat nilai transaksi ekonomi digital sudah mencapai Rp 265 triliun. "Dengan ataupun tanpa pandemi, transformasi digital adalah keniscayaan” kata Teten.
Baca: Total Restrukturisasi Kredit Rp 951,2 T, Sektor Non UMKM yang Terbesar