TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memperkirakan pembangunan smelter tembaga baru PT Freeport Indonesia mampu meningkatkan kontribusi nilai tambah terhadap produk domestik bruto atau PDB menjadi US$ 6,8 miliar per tahun.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan dan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif mengatakan bahwa pembangunan smelter tembaga baru berpotensi menurunkan pendapatan negara pada sektor hulu.
Menurut perhitungan Kementerian ESDM, pembangunan smelter baru akan mengurangi penerimaan tambang dari US$ 24,80 miliar menjadi US$ 21,20 miliar.
Total penerimaan negara dari hulu juga akan turun dari US$ 46 miliar menjadi US$ 43,70 miliar. Demikian pula, dengan nilai ekspor katoda berpotensi turun dari US$ 1,81 miliar menjadi US$ 1,45 miliar.
"Total penerimaan tambang akan berkurang sedikit, penerimaan di negara juga akan turun sedikit, tetapi penerimaan negara di industri hilir akan naik, kontribusi nilai tambah terhadap PDB juga akan naik," ujar Irwandy dalam webinar, Rabu, 14 Oktober 2020.
Selama 17 tahun beroperasi nantinya (2024—2041), pembangunan smelter baru Freeport berpotensi meningkatkan secara signifikan penerimaan negara dari sektor hilir, yakni mencapai US$ 15,56 miliar. Bila pembangunan smelter tidak dilakukan, penerimaan negara dari industri hilir hanya mencapai US$ 2,53 miliar.