Artinya, kegiatan yang ada di pabrikan tidak berkaitan dengan proses produksi alias hanya memasok kabel ke PLN. "Mereka (pabrikan kabel) sudah bikin (kabel pesanan PLN), tapi kalau surat pesanan barang (tidak dikirimkan) stoknya jadi idle. Makanya, posisinya di industri banyak (kabel idle)."
Lebih jauh Noval menjelaskan, tingginya pasokan barang di gudang pabrikan membuat biaya pergudangan melonjak. Oleh karena itu, ia meminta agar pemerintah mempercepat pemberian dana talangan utang yang telah disetujui oleh DPR kepada PLN.
Sementara itu, utilisasi pabrikan dengan orientasi proyek non PLN memiliki utilisasi di kisaran 20 persen-30 persen. Noval menyebutkan banyak pabrikan berorientasi proyek non-PLN menghentikan mesin produksinya karena proyek infrastruktur maupun konstruksi menunda pembangunannya.
Terakhir, pabrikan yang menyasar peritel memiliki utilisasi sedikit lebih tinggi atau di kisaran 30 persen-40 persen. Noval menyampaikan hal tersebut disebabkan oleh pelonggaran protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Juni-Juli.
Industri kabel listrik lokal memiliki kapasitas produksi kabel transmisi listrik bawah tanah berkapasitas 50Kv-150Kv (Kilovolt) sepanjang 3.420 kilometer per tahun. Adapun permintaan kabel listrik layang berkapasitas 150Kv-500Kv untuk mentransmisikan daya dari pembangkit listrik ke gardu listrik mencapai sekitar 64.400Km pada 2019.
BISNIS
Baca: PLN Perpanjang Program Diskon Tambah Daya di Papua Hingga Akhir Oktober