"Kita masih akan memeriksa beberapa poin mengenai Bakrie. Jadi, suspennya tidak secara langsung kita buka," kata Direktur Utama Bursa Efek, Erry Firmansyah.
Pihak Bakrie, kata Erry, telah menjelaskan persoalan mengenai gagal bayar atau default repo, yang menjadi kekhawatiran bagi pelaku pasar.
"Untuk keluarga Bakrie tidak ada default. Dari perusahaan tidak ada. Tapi kalau dari pemegang saham, mereka tidak bisa mengkontrol tentang itu," jelas Erry.
Menurut Direktur Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), Dileep Srivastava mengatakan bahwa pihaknya telah mengikuti aturan yang berlaku. Mengenai penjelasan ke publik, mereka akan paparkan sehari setelah pertemuan.
Dileep juga mengatakan bahwa rumor yang dialami Bakrie bukan sesuatu yang luar biasa. Sebab, mereka merasa tidak ada masalah sama sekali. Secara kinerja pun, Bakrie masih bagus. Terkait kondisi bursa yang bergejolak, emiten Bakrie telah mengambil langkah untuk mengurangi kejatuhan.
Salah satunya adalah opsi pembelian saham kembali atau buy back. Baru-baru ini, BUMI telah meminta izin untuk melakukan tambahan buy back sebesar 10 persen. Sebelumnya, perseroan telah meminta persetujuan pemegang saham untuk melakukan buy back sebesar 3 persen. Dileep menyatakan bahwa BUMI memiliki kas yang sehat untuk melakukan buy back. Secara fundamental pun mereka masih sangat baik.
"Untuk kinerja BUMI tidak ada masalah. Kas kami juga tidak ada masalah untuk buy back," jelasnya.
Pada perdagangan Selasa (7/10), enam emiten dari Bakrie Grup disuspensi oleh otoritas BEI. Suspensi tersebut dilakukan karena banyaknya kesimpangsiuran soal aksi korporasi dan sentimen negatif yang muncul terhadap saham-saham tersebut.
Keenam saham kelompok Bakrie yang mengalami suspensi adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG).
Informasi yang membuat kekhawatiran terbesar bagi pelaku pasar, adalah gagal bayar gadai saham yang dilakukan Bakrie Group. Sehingga pihak BEI perlu meminta penjelasan mengenai itu.
Danatama Makmur yang memborong saham grup Bakrie pada 26 September lalu semestinya melakukan pembayaran pada Senin (6/10), namun mereka gagal bayar.
Mengenai hal itu, Direktur Perdagangan dan Keanggotaan BEI, M.S. Sembiring mengatakan bahwa Danatama memang mengalami gagal bayar. Namun itu tidak ada kaitannya dengan gagal bayar repo Bakrie.
Danatama, menurut Sembiring akan menyelesaikan pembayarannya hari ini, (Rabu 8/10).
"Keliatannya mereka yakin mereka bisa bayar. Keliatannya mereka sudah dapat dana dari nasabahnya," jelasnya.
Sembiring mengatakan kalau itu sudah tidak ada masalah, sebab Danatama sudah mengatakan kesanggupan dan memiliki jaminan untuk itu. Sementara untuk nilai defaultnya sendiri, pihaknya masih melakukan perhitungan.
"Kewajibannya sekitar Rp190 miliar, tapi yang default sedang dihitung," katanya.
Pengamat pasar Modal Kenny S. mengatakan bila saham Bakrie dibuka suspensinya, kemungkinan harga sahamnya semakin anjlok.
Enam saham milik kelompok Bakrie tidak bisa melanjutkan perdagangan, pada Selasa (7/10) karena penurunan yang di luar batas kewajaran. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dihentikan pada level Rp2.175, setelah anjlok 32,03 persen dari posisi di level Rp3.200. Lalu, saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dihentikan pada level Rp460 setelah anjlok 35,21 persen dibanding pembukaan di level Rp710.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga bernasib sama, dihentikan pada level Rp350 setelah anjlok 32,69 persen dari pembukaan di level Rp520. Saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) dihentikan pada level Rp150 setelah anjlok 36,17 persen dibanding pembukaan pada posisiRp235.
Saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) juga dihentikan pada level Rp150 setelah anjlok 40 persen dibanding pembukaan di level Rp250. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang merupakan induk dari lima perusahaan tersebut juga mengalami penghentian di level Rp145 setelah anjlok 40,82 persen dari pembukaan pada level Rp245.
"Kalau dalam kondisi seperti ini dibuka, mungkin akan tambah anjlok lagi" katanya.
Ari Astri Yunita