“Teritori negatif kemungkinan terjadi pada kuartal III dan mungkin juga masih berlangsung untuk kuartal IV, yang kami upayakan bisa mendekati 0 atau positif,” ucapnya. Adapun ssepanjang tahun ini kinerja perekonomian diprediksi mencatatkan capaian negatif, berkisar -1,7 hingga -0,6 persen.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan jika skenario pengadaan dan distribusi vaksin dapat terpenuhi, maka konsolidasi pemulihan perekonomian diperkirakan dapat mulai terjadi pada 2021-2022. “Skenario terburuk adalah belum adanya vaksin hingga tahun depan dan mengakibatkan pemulihan perekonomian yakni pertumbuhan ekonomi akan kembali pada trajectory awal,” kata dia. Dengan demikian, kisaran pertumbuhan ekonomi 5 persen baru akan tercapai di 2023-2024.
Sementara itu, secercah harapan tampak dari sejumlah sektor usaha yang masih mampu mencatatkan capaian kinerja positif hingga triwulan III 2020. Sederet sektor tersebut antara lain pertanian, informasi dan komunikasi, serta sebagian industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman. “Ini akan menjadi sektor-sektor yang mampu bertahan karena terus dibutuhkan oleh masyarakat selama pandemi,” ujar Josua.
Hal tersebut diamini oleh pelaku industri, salah satunya dari industri telekomunikasi yaitu PT XL Axiata. “Kalau dilihat di semester 1, pertumbuhan pendapatan dan kinerja kami masih cukup positif, dan industri telekomunikasi juga masih tumbuh didorong peningkatan pemakaian data dari masyarakat yang work from home dan school from home,” ucap Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih.
Meski demikian, tantangan perekonomian yang semakin melemah akibat resesi berpotensi menimbulkan risiko yang patut diwaspadai. “Tingkat pengangguran meningkat, industri telko juga akan mengalami dampak negative dan tidak kebal dari dampak yang ada.”
Baca juga: Chatib Basri: Hampir Semua Negara Meniru yang Kita Lakukan dari 2015 Lalu