Tantangan kedua, ujar Dwi, adalah isu keuangan dan keekonomian. Ia mengatakan penurunan permintaan gas global menyebabkan penurunan harga gas. Asumsi ekonomi yang digunakan dalam revisi PODT antara lain minyak US$ 65 per barel, LNG US$ 7,47 per mmbtu, dan gas pipa US$ 6 per mmbtu.
"Mengenai isu perekonomian, K3S sedang melakukan evaluasi ulang untuk disampaikan kepada SKK migas terhadap perkembangan harga yang kami sebutkan. Termasuk besarnya investasi yang potensi ke depannya," kata dia.
Tantangan terakhir yang menghambat proyek tersebut adalah isu kemitraan. Dwi mengatakan Shell berencana melakukan divestasi kepemilikan PI di WK Abadi Masela. Terkait hal ini, Shell telah mengajukan izin pembukaan data yang sudah disetujui oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal.
"Mudah-mudahan, seperti yang disampaikan Shell, divestasi ini membutuhkan waktu sekitar 18 bulan. Namun demikian, Inpex sebagai operator tetap berkomitmen dalam pengembangan lapangan abadi," ujar Dwi. "Shell pun menyampaikan bahwa selama Shell masih berada dalam konsorsium, maka mereka berkomitmen mendukung implementasi Proyek Abadi Masela."
Baca juga: Gubernur Maluku Prediksi Dividen Rp 60 Triliun dari Blok Masela