TEMPO.CO, Wonogiri - Di tengah masa tanggap darurat corona ini, ribuan perantau Wonogiri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) justru memilih mudik lebih cepat. Biasanya, penumpang bus asal Jabodetabek yang masuk Wonogiri sekitar 1.400- an orang, namun sejak 19 Maret 2020 jumlahnya melonjak menjadi di kisaran 2.000-an penumpang per hari.
Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Giri Adipura Wonogiri, Agus Hasto Purwanto, mengatakan biasanya kedatangan bus AKAP hanya 90-95 bus setiap hari. Namun sejak masa darurat corona, jumlahnya melonjak mencapai 118-131 bus yang rata-rata penuh penumpang.
Menurut dia, kaum perantau Wonogiri yang mudik didominasi oleh warga yang bekerja sebagai wiraswasta dan pedagang. "Saat ini di Jakarta sudah banyak yang stay at home akibat virus Covid-19. Sebagai dampaknya, mereka tidak mendapatkan penghasilan dan akhirnya balik ke kampung halaman," kata dia saat ditemui Bisnis, Selasa 24 Maret 2020.
Penumpang yang datang dari Jakarta kebanyakan turun di Kecamatan Baturetno, Pracimantoro, Jatisrono, Purwantoro, dan lain sebagainya. Sedangkan yang turun di Terminal Giri Adipura hanya sekitar 3-5 orang. "Sebagai antisipasi penyebaran Covid-19, kami sudah melakukan penyemprotan desinfektan dan meyiapakan hand sanitizer di area terminal," kata Agus.
Kapala Dinas Perhubungan (Dishub) Wonogiri, Ismiyanto, mengatakan dalam mengatasi lonjakan penumpang khususnya kaum boro Wonogiri yang datang dari wilayah Jabodetabek, Dishub bekerja sama dengan beberapa pihak terkait. Namun sayangnya, tidak semua penumpang turun di terminal, ada sebagian penumpang yang turun di beberapa lokasi yang dekat dengan rumahnya.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, ia telah mengimbau kepada pemilik otobus untuk turut membantu pemerintah dalam pencegahan Covid-19. Setiap bus disarankan untuk melakukan penyemprotan desinfektan di armadanya dan menyediakan hand sanitizer.
Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan, lonjakan arus mudik dari Jabodetabek ke Wonogiri merupakan bagian dari kultur ekonomi masyarakat. Ia yakin, warganya sudah paham bahwa jika ada warga yang datang dari perantauan mengalami gejala klinis atau menunjukkan indikasi Covid-19, segera periksa dan melaporkan ke puskesmas setempat.
“Kami tidak perlu gagap menghadapi situasi tersebut. Kami sudah melakukan sosialisasi setiap hari sampai ke tingkat RT melalui imbauan keliling yang dilakukan oleh Forkompincam setempat. Sosialiasai melahirkan imbauan, imbauan melahirkan pemahaman. Setelah masyarakat paham, diharapkan ada respon kemudian ada tindakan, langkah kami terstruktur,” kata dia kepada wartawan, Senin lalu.
BISNIS