Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan setidaknya ada tiga komoditas ekspor utama RI yang saat ini tengah terancam. Ketiganya adalah kelapa sawit, karet, dan batu bara. "Kita harus mulai memikirkan untuk mensubtitusi barang-barang ekspor tersebut," ujar Roy.
Roy mengatakan, saat ini, Indonesia memang memiliki potensi untuk mengekspor produk UMKM dan koperasi-koperasi daerah. Produk yang dimaksud berupa kerajinan tangan, makanan tradisional, dan minuman tradisional.
Namun, ia menyatakan perlu langkah yang tepat dan panjang untuk menjual produk UMKM dan koperasi ke negara-negara tujuan ekspor. Sebagai langkah awal, pemerintah perlu memiliki road map atau peta perdagangan ekspor khusus produk-produk kelompok kecil masyarakat. "Tentu yang dipikirkan adalah sistem logistik global. Bagaimana kita mengirim barang-barang itu hingga sampai ke negara tujuan ekspor," ujarnya.
Setelah itu, pemerintah perlu memikirkan siapa saja distributor di negara tujuan ekspor. Di sisi lain, pemerintah juga perlu memetakan negara mana saja yang cocok dengan pangsa pasar produk UMKM Indonesia.
Sebagai langkah lanjutan, pemerintah dinilai perlu melakukan uji coba terhadap produk barang yang akan diekspor. "Apakah memang diminati konsumen atau tidak. Lalu, harganya sesuai atau tidak. Seumpama berhasil, ia yakin produk UMKM akan menggantikan ekspor non-migas.