TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah analis yakin indeks harga saham gabungan atau IHSG pada akhir tahun 2020 bakal menguat dan berada di rentang 6.850 hingga 7.000.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Hardy, misalnya, memperkirakan pergerakan IHSG bakal lebih tajam pada 2020. Hal itu berbeda dengan pergerakan IHSG pada akhir 2019 yang tumbuh 1,7 persen ke level 6.299.
Perkiraan pergerakan IHSG di kisaran 6.850 hingga 7.000 ini didapat dengan perhitungan 16 kali hingga 16,3 kali dari proyeksi perbandingan harga dan laba bersih. Perbandingan itu yang kemudian mengikuti proyeksi pertumbuhan laba bersih emiten di kisaran 12 persen hingga 13 persen.
“Kami menghitung IHSG pada 6.850-7.000 menggunakan 16 sampai 16,3 kali dari proyeksi perbandingan harga dan laba bersih mengikuti 12 - 13 persen proyeksi pertumbuhan laba bersih secara tahunan,” ujar Robertus seperti dikutip dari hasil risetnya, Sabtu, 11 Januari 2020.
Sejumlah faktor yang memengaruhi indeks yakni proteksi dan hambatan tarif dagang serta tren perlambatan ekonomi global dan harga komoditas yang rendah. Selain itu, birokrasi berbelit yang menghambat pertumbuhan investasi hingga defisit neraca dagang dan fiskal.
Kendati demikian, masih terdapat peluang yang bisa mendorong pertumbuhan beberapa sektor sehingga mengatrol IHSG pada 2020. Salah satu peluang yang bisa dioptimasi yakni inflasi rendah, peluang pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih tinggi seperti di daerah Ibu Kota baru serta daerah industri. Selain itu stabilitas politik dengan penunjukan kabinet baru dan rencana pemberian insentif dari penerapan Omnibus Law, serta kelanjutan proyek infrastruktur dan meningkatnya adopsi teknologi.
Atas proyeksi tersebut, Hardy merekomendasikan saham beberapa emiten seperti BBCA, BBRI, BMRI, HMSP, GGRM dan UNTR. Saham dari emiten lainnya yang direkomendasikan yakni PTBA, ITMG, TLKM, WIKA, ADHI, JSMR, dan INTP.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Riset Ekuitas Danareksa Sekuritas Helmy Kristanto. Ia meramalkan IHSG bisa bergerak menyentuh 6.970 di akhir tahun.
Proyeksi tersebut mempertimbangkan rasio harga saham dan laba bersih (price/earning/PE) sebesar 16,4 kali dan proyeksi pertumbuhan laba bersih per harga saham (earning per share/EPS). Dengan dominasi kepemilikan asing, pihaknya berharap stabilitas pada ekonomi makro dan politik yang bakal berimbas pada peningkatan portofolio investasi termasuk saham.
Helmy merekomendasikan saham beberapa emiten seperti TLKM, BMRI, ICBP, WIKA dan ASII. Terakhir, PTBA, MAPI, PWON, EXCL, dan LSIP agar turut dicermati oleh investor. “Target indeks 6.970 dengan pendekatan dari atas ke bawah. Kami menerapkan variasi PE 16,4 kali pada pertumbuhan EPS 9 persen,” kata Helmy.
BISNIS