TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Mentari Lion Airlines atau Lion Air Group Edward Sirait mengakui entitasnya rugi setelah mengandangkan dua unit pesawat berjenis Boeing 737 Next Generation atau NG baru-baru ini. Pesawat itu dinyatakan tidak laik beroperasi lantaran retak.
"Oportunity lost-nya cukup banyak," ujar Edward kala ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis, 31 Oktober 2019. Edward tak mendetailkan jumlah pasti kerugian yang dialami perusahaan akibat kondisi tersebut.
Lion Air Group sebelumnya menemukan keretakan di bagian pickle fork atau struktur yang menghubungkan sayap dan bodi pesawat pada dua armadanya setelah melakukan inspeksi. Inspeksi dilakukan seusai produses Boeing, yaitu Boeing Co., menemukan ada 38 keretakan strukturan pada pesawat berjenis 737-NG-nya di seluruh dunia.
Temuan itu membuat otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration alias FAA, mengeluarkan imbauan kepada seluruh perusahaan penerbangan untuk memeriksa armadanya. Saat ini, tercatat ada 165 unit pesawat dari 200 pesawat Boeing 737 NG yang mengalami masalah keretakan.
Edward memastikan pihaknya telah menghubungi Boeing untuk menindaklajuti problem tersebut. Menurut dia, Boeing telah mengeluarkan service bulletin atau dokumen perawatan pesawat terbang untuk merespons laporan Lion Air. Bagian yang rusak pun telah dikirimkan ke produsen untuk diperbaiki.
Adapun saat ini, Edward menjelaskan manajemen Lion Air Group tinggal menunggu suku cadang yang dibengkelkan di Boeing. Sembari menunggu, Lion Ai terus melakukan perawatan pada dua pesawat itu.
"Setelah sudah datang, kami akan cek lagi. Kalau terpasang, pesawat itu bisa terbang lagi," tutur Edward. Ia memperkirakan suku cadang tersebut akan tiba di Jakarta pada akhir tahun nanti.