TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah mengantongi hasil investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT terhadap kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air dengan nomor registrasi JT 610. Dari poin-poin investigasi itu, Budi Karya menyarankan produsen Boeing, yakni Boeing Co., segera bertanggung jawab.
"Yang tidak kalah penting dan signifikan adalah bagaimana Boeing juga harus memberikan tanggung jawab, baik kepada airlines (operator) maupun penumpang," ujar Budi Karya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis, 31 Oktober 2019.
Dari hasil investigasi sebelumnya, Kementerian Perhubungan telah mempelajari sembilan poin yang diduga berkontribusi menyebabkan pesawat Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan. Beberapa hasil investigasi ini menyatakan terjadi kerusakan serius pada sensor angle of attack atau AoA dan MCAS sebelum armada milik perusahaan berlogo singa merah itu jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, satu tahun lalu.
Meski meminta Boeing segera mengambil sikap atas hasil investigasi itu, Budi Karya memastikan kementeriannya tak ingin mengintervensi urusan bisnis antara produsen dengan maskapai. Ia juga menyatakan pemerintah tidak akan berhadapan langsung dengan Boeing.
"Saya menyerahkan kepada airlines, silakan business to business dengan Boeing karena ini murni menyangkut bisnis," katanya.
Bersamaan dengan rilisnya hasil investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 ini, Budi Karya berujar, KNKT telah menyerahkan sejumlah poin rekomendasi kepada berbagai pihak, termasuk Kementerian Perhubungan. Rekomendasi ini akan dimanfaatkan oleh otoritas penerbangan dalam menyusun kebijakan ke depan.
Salah satu tindak lanjut yang mesti dilakukan dalam waktu dekat, kata dia, adalah perbaikan standard operating procedur atau SOP penerbangan. "SOP itu harus detail, menyangkut semua rekomendasi yang diberikan oleh produsen," ujarnya.
Budi Karya juga mewanti-wanti maskapai Lion Air untuk lebih jeli memperhatikan rekomendasi dari produsen dalam mengoperasikan armadanya. Maskapai pun diminta tak buru-buru mengoperasikan armada anyar supaya tak terjadi kejadian serupa di kemudian hari.