TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Papua Erick Ohee mengatakan kunjungan wisatawan domestik di beberapa destinasi unggulan di Provinsi Papua, khususnya Jayapura, merosot pasca-demo terjadi di kota itu.
Erick mengatakan penurunan jumlah wisatawan lokal tampak terasa di Jembatan Holtekamp atau Jembatan Merah di kawasan Tanjung Siberi yang sedianya bakal diresmikan Presiden Joko Widodo alias Jokowi pada pekan lalu.
"Di Jembatan Merah yang dibangun Pak Jokowi itu biasanya dikunjungi 500-1.000 orang. Tapi kemarin cuma 100 orang," ujar Erick saat dihubungi Tempo pada Ahad, 1 September 2019.
Jembatan Merah dibangun di atas Teluk Youtefa. Jembatan ini menghubungkan Kota Jayapura dan Pos Lintas Batas Negara Skouw. Adanya jembatan dapat mempersingkat waktu tempuh kedua daerag dari 2,5 jam menjadi 1 jam. Jembatan batal diresmikan Jokowi karena masih ada konflik terkait lahan.
Erick mengatakan, jumlah turis lokal yang melorot sampai 90 persen di jembatan itu terjadi karena akses jalan menuju kawasan wisata terhambat demo. Menurut Erick, jalan menuju lokasi wisata hanya dihubungkan oleh satu jalan utama. Di sisi lain, warga sekitar juga masih enggan rekreasi saat situasi belum sepenuhnya kondusif.
Kondisi serupa terjadi di destinasi lain, seperti Pantai Hamadi. Erick mengaku telah memantau lokasi pariwisata sejak demo pecah pada akhir pekan lalu. Meski demikian, ia memastikan jumlah kunjungan wisatawan akan kembali meningkat mulai hari ini. "Kan ini hari Minggu, orang sudah mulai berwisata lagi," tuturnya.
Dalam penelusurannya, ia menegaskan tak ada aset wisata yang rusak. Ia memastikan seluruhnya dalam kondisi aman dan siap dikunjungi.
Adanya demo di Jayapura, ujar Erick, tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan asing ke Papua. Saat ini, pergerakan wisman terpantau normal seperti hari-hari biasa. "Wisatawan asing kan kunjungannya ke Pulau Biak atau ketika ada festival. Nah, yang ke Biak enggak terganggu karena dari Jayapura jauh sekali," ujarnya.
Erick mencatat, kunjungan wisman ke Pulau Biak biasanya untuk kepentingan menyelam atau pemantauan burung alias bird watching. Saat ini, jumlah kunjungan wisman masih normal, yakni sekitar 28 orang per hari per operator. "Kalau ada empat operator di Papua, berarti dikalikan saja 28 kali empat," ucapnya.
Erick mencatat, sebelum demo Jayapura, Manokwari maupun Fakfak, pergerakan wisman ke seluruh Pulau Papua selama setahun mencapai 3.000 orang. Biasanya wisman ramai datang kala festival, seperti Festival Lembah Baliem. "Saat ini semua festival sudah berlangsung, jadi demo tidak mempengaruhi jumlah pergerakan wisman," tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA