TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economics atau Core Piter Abdullah Redjalam mengatakan efek dilanjutkanya negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina tak bakal berdampak banyak bagi Indonesia. Sebab, kesepakatan yang dilakukan hanya bersifat menunda.
Baca juga: Perang Dagang, Trump dan Xi Jinping Sepakat Lanjutkan Negosiasi
"Dampak kesepakatan yang hanya 'menunda' pengenaan tarif baru itu bagi Indonesia sesungguhnya tidak banyak, apalagi kita bukan negara manufaktur yang bergantung kepada ekspor," kata Piter ketika dihubungi Tempo, Ahad 30 Juni 2019.
Dalam sebuah konferensi pers usai mengikuti KTT G20 di Osaka, Japang, Sabtu 29 Juni 2019, Presiden AS Donald Trump menyatakan pemerintah AS dan Cina telah sepakat untuk melanjutkan negosiasi perang dagang. Dia mengatakan, pemerintah AS tak akan memberikan tarif dan pajak tambahan bagi produk dari Cina.
Sebelumnya, Trump telah mengumumkan bahwa pemerintah AS akan memberikan pajak dan tarif tambahan bagi produk Cina sekitar US$ 300 miliar. Lebih lanjut, kata Trump, sejumlah tarif yang telah diumumkan pada akhir 2018 terhadap produk milik Cina masih akan tetap dilanjutkan senilai lebih dari US$ 250 miliar.
Menurut Piter, pernyataan Trump itu tak bakal banyak berdampak karena Indonesia buka negara yang bergantung dari ekspor. Apalagi, produk ekspor kebanyakan merupakan barang-barang komoditas.
Piter melanjutkan, dampak hasil negosiasi kedua negara bisa besar jika keduanya, sepakat untuk membatalkan semua kenaikan tarif yang sudah dikenakan. Dengan kondisi itu, ekonomi global diharapkan bisa ikut terdongkrak sehingga meningkatkan volume dan harga barang-barang komoditas.
"Itu yang kami harapkan sehingga neraca perdagangan kita bisa surplus kembali," kata Piter.
Selain itu, pernyataan Trump soal perang dagang bakal memberikan sedikit efek terhadap kondisi pasar keuangan. Dia mengatakan rupiah diperkirakan positif meski tidak akan terlampau besar. Sebab, kondisi nilai tukar masih akan dipengaruhi oleh faktor lain seperti defisit neraca dagang dan kondisi ekspor-impor.