TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyiapkan anggaran belanja modal sekitar Rp 22 triliun pada 2019 untuk memenuhi kebutuhan ekspansi organik dan anorganik. Sebagian dananya digunakan untuk membiayai proyek kereta ringan atau LRT.
Baca juga: Tiket Terusan Diharapkan Dongkrak Jumlah Penumpang LRT Palembang
Direktur Keuangan Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartyanto mengatakan bahwa alokasi belanja modal sekitar Rp22 triliun. Alokasi terbesar yakni untuk pengerjaan proyek light rail transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (Jabodebek).
Dia menyebut saat ini progres LRT Jabodebek sekitar 60 persen. Dana yang disiapkan salah satunya untuk membayar progres pekerjaan kepada PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Pembayaran untuk progres pembangunan, kata Didiek, hingga Desember 2018 tengah ditinjau oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pihaknya memproyeksikan pembayaran terdekat akan masuk ke Adhi Karya pada Maret 2019.
Sebelumnya Adhi Karya mengatakan telah mengajukan pembayaran tahap ketiga untuk LRT Jabodebek atau progres sampai dengan Desember 2018. Kontraktor pelat merah itu memproyeksikan dapat mengantongi pembayaran Rp 1,5 triliun pada Maret 2019-April 2019.
Dari sisi ekspansi organik, Didiek mengatakan bahwa pihaknya menganggarkan dana Rp 7 triliun dari total alokasi belanja modal Rp 22 triliun. Jumlah tersebut akan digunakan untuk pengembangan bisnis perseroan.
Dia mengatakan telah menyiapkan berbagai sumber pendanaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa opsi yang tersedia antara lain kas internal, penerbitan obligasi, hingga pinjaman perbankan.
Khusus untuk proyek LRT Jabodebek, dia mengatakan telah memiliki stand by loan. Jumlah yang dimiliki terdiri atas Rp 18,1 triliun untuk kredit investasi dan Rp 1,15 triliun untuk modal kerja.
BISNIS